Dan seperti itulah, pertarungan Shidou dan yang lainnya baru
saja dimulai.
Setelah alur ceritanya telah diputuskan oleh semua orang,
Shidou dan para roh lainnya mulai membagikan tugas mereka menjadi Tim
Menggambar dan Tim Spesial.
Yang pertama, untuk Tim Menggambar, Natsumi bertugas untuk
mengerjakan sebagian besar dari gambar, menggambar sketsa kasar untuk outline
dan draft untuk sampul.
Walaupun mereka ingin membantu lebih banyak lagi supaya bisa
meringankan beban Natsumi, tetapi untuk menjaga konsistensi antara cerita dan
gaya gambar-nya, tugas ini harus dikerjakan oleh Natsumi seorang.
Sementara Shidou dan yang lainnya senggang, mereka menonton
sebuah vidio yang menerangkan penjelasan sederhana mengenai proses pembuatan
komik. Kemudian mereka pun berlatih menggambar sketsa di atas kertas sebagai
persiapan sebelum mereka membantu dalam pembuatan komiknya.
Ketika semuanya telah selesai, waktu telah menunjukkan pukul
02:00 pagi pada tanggal 30 Desember.
Meskipun normalnya semua orang harusnya telah tertidur dan
melanjutkan kembali pekerjaan menggambar mereka esok hari, Natsumi tetap
bersikeras ingin melanjutkan pekerjaannya. Merekapun memutuskan untuk kerja
lembur dan tidur secara bergantian untuk memaksimalkan efisiensi kerja mereka.
Ketika Natsumi menggambar draft-nya, ia membingkai
ilustrasi-nya dengan menggunakan penggaris dan sebuah pena. Kemudian, ia
menggambarkan balon percakapannya. Ketika semua itu selesai, pekerjaan yang
sesungguhnya baru saja dimulai. Semua orang akan menggambar ulang sketsa kasar
dari semua karakter yang telah Natsumi gambar dengan menggunakan pensil.
Akan tetapi,
“……………….Uwaah! Aku menggambar melewati bingkai nya!”
“Ku…………..Air mata hitam pekat telah terjatuh ke atas tanah
suci yang bersih!?”
“Gangguan. Tintanya malah menempel di bawah penggarisnya.”
“……………Tidak masalah. Ini masih bisa diperbaiki.”
Walalupun Shidou dan yang lainnya sudah pernah menggambar
sebuah ilustrasi sebelumnya, mereka tetaplah amatiran. Jadi, tidak mungkin
mereka dapat menggambar manuscript-nya dengan rapih di awal-awal.
Meskipun dengan konsentrasi yang cukup dan kemampuan
beradaptasi, mereka menatap kebagian kosong di atas draft dan menggerakkan pena
mereka dengan penuh kehati-hatian. Entah bagaimana, mereak dapat menggambar
garis dengan baik di atas draft-nya………….Sementara di pertengahan,
Kaguya dan
Yuzuru telah mengganti jenis pena mereka dari Mili-pen kepada Superfine Marker untuk
menintai bagian kecilnya.
Dan setelah penintaan selesai, mereka menghapuskan gambar
pensilnya dengan rajinnya. Kemudian, mereka merubah semua gambar itu menjadi
bentuk data dengan menggunakan sebuah scanner dan mengirimkannya kepada Tim
Asisten yang dipimpin oleh Nakatsugawa.
Walaupun itu bisa dikatakan jika mereka terlalu terburu-buru
dalam mengerjakannya, hanya dengan jumlah orang yang sedikit, mereka tidak akan
bisa menyelesaikan buku komiknya hanya dalam waktu 2 hari.
Akan tetapi, itu bukan berarti bahwa Shidou dan yang lainnya
bisa mendadak meningkatkan kemampuan menggambar mereka. Menintai sketsa kasar
buatan Natsumi menggunakan pena memang jauh lebih berat daripada yang mereka
pikir sebelumnya.
“………………….”
“………………….”
“………………….”
Di dalam ruangan yang luas, terdapat suara guratan pena yang
digerakkan bergema. Walaupun mereka memainkan beberapa CD sebagai musik latar
belakang selagi bekerja, tapi hampir tidak ada efeknya sama sekali terhadap
orang-orang yang hatinya harusnya dapat disembuhkan oleh musik tersebut.
-------------Setelah beberapa waktu telah berlalu semenjak
mereka mulai bekerja.
“Hai, semuanya! Bagaimana kemajuan pekerjaan kalian?”
Mendadak, pintu ruangannya terbuka. Itu Kotori, yang tengah
membawa beberapa kantung plastik di
kedua tangannya.
“…………….Aah, Kotori. Yah, sepertinya sih.”
“……………Entah kenapa, kau jadi terlihat lebih tua walaupun
hanya beberapa jam berlalu semenjak terakhir kali kita bertemu.”
Kotori mengatakan itu sambil berkeringat dingin. Ia meneruh
semua kantung plastik itu di atas meja dan berkata.
“Penyegar. Aku akan menaruhnya disini, silahkan diminum
kalau kalian istirahat nanti.”
“Kaka……………….Sebuah persembahan, ya? Sungguh dedikasi yang
mengagumkan, Kotori.”
“Berterimakasih. Terimakasih banyak Kotori.”
“…………………”
Yamai bersaudari mengucapkan terimakasih, Origami terus
terdiam sembari melambaikan tangannya. Pada saat itu, “Uuh………..” suara semacam
itu dapat terdengar. Mungkin, Natsumi tengah menjawab ucapan Kotori.
Lalu, karena Kotori
telah mendapatkan respon dari semua orang, ia berjalan menuju meja Shidou.
“………………Shidou, bisa kita bicara sebentar?”
“Ng? Ada apa?”
“Ini mengenai Nia, jadi—“
“…………….! Apa sesuatu telah terjadi!?”
Ketika Shidou bertanya, Kotori mengangguk. Kemudian, sekali
lagi, Kotori berkata kepada semuanya.
“Maaf, semuanya. Aku akan meminjam Shidou sebentar. Dia akan
bekerja dua kali lebih cepat saat dia kembali nanti.”
“Hey!?”
Shidou mengutarakan protes-nya, tetapi Kotori tidak
menanggapinya. Iapun menggenggam lengan baju Shidou lalu menariknya kedepan.
“H-Hey……………”
Shidou, selagi diseret oleh Kotori, tengah berjalan keluar
dari ruanagn itu layaknya anjing yang tengah dituntun.
Setelah mereka meninggalkan mansion, Shidou merendahkan
tatapan matanya karena sinar matahari yang terik.
“Ukh……………Jadi sudah siang, ya? Ini buruk, berapa banyak lagi
waktu yang tersisa?”
“Meskipun manuscript-nya juga penting, tapi sekarang ini
masuk saja kedalam mobilnya.”
Berkata demikian, Kotori menunjuk ke arah mobil yang
terparkir tepat di depan mansion.
Shidou duduk di kursi belakang seperti yang diinstruksikan
oleh Kotori. Mobilnya pun segera berangkat, berjalan menyusuri jalan.
“Lalu……………”
Shidou menatap pertokoan dan perumahan di jalanan di luar
jendela selagi ia bertanya pada Kotori.
“Apa kalian menemukan sesuatu tentang Nia?”
“Ya. ----------Sebenarnya, kami telah menghubungi seseorang
yang merupakan komikus kenalan Nia.”
“B-Benarkah? Lalu, kalau kita bertanya kepada orang itu—“
“Ya. Kita mungkin dapat menemukan sesuatu mengenai masa lalu
Nia.”
Kotori berkata demikian sembari menatap Shidou. Shidou
menelan ludahnha sendiri.
Setelah 20 menit telah berlalu, mobil yang tengah membawa
Shidou dan Kotori berhenti tepat di depan sebuah café.
“------------Disini. Tolong turun. Reine sudah berbicara
dengan orang itu.”
“A-Aah.”
Shidou turun dari mobil tersebut. Dengan agak gugup, Shidou
berjalan menuju café.
Mereka melihat sekeliling bagian dalam café---------Kemudian
mereka mendengar seseorang memanggil nama Shidou sembari melambaikan tangannya
sedikit.
“Hai, Reine-san.”
“Maaf telah membuatmu menunggu.”
“…………….Aah, jadi kalian sudah sampai, Shin, Kotori.”
Reine berbicara dengan nada mengantuk yang sama dengan
Shidou saat ini yang juga sedang mengantuk karena kerja lembur semalam suntuk. Kemudian, Reine mengenalkan mereka kepada
sesoernag yang tengah duduk di depan mereka.
“…………….Biarkan aku mengenalkannya. Dia adalah seorang
komikus. Namanya adalah Takajou Hiroki.”
“Ah, senang berjumpa dengan—“
Shidou membungkuk kepadanya, -----Tapi sesaat kemudian, ia
menghentikan gerakan tubuhnya.
Tadinya ia berpikir jika Takajou Hiroki adalah nama untuk
seorang pria. Akan tetapi, di depan Shidou saat ini, terdapat seorang wanita
mengenakan kaca mata tebal dan nampaknya umurnya 20 tahun lebih.
Kemudian, Shidou mengingat kembali sesuatu yang berhubungan
dengan kejadian minggu lalu. Nia sendiri telah mengatakan jika ada seorang
komikus wanita lainnya yang juga menggunakan nama pria sebagai nama pena sama
seperti dirinya.
“Perkenalkan. Namaku adalah Itsuka Shidou.”
“Sama, namaku adalah
Kotori. Terimakasih banyak karena telah bersedia datang kemari hari ini.”
“Ooh, terimakasih banyak atas kesopanan kalian.”
Merespon sapaan Shidou dan Kotori, Takajou berkata demikian
sembari meletakkan tangannya di atas meja sambil membungkuk balik kepada
mereka.
Kemudian, iapun menengadah untuk melihat Shidou dan Kotori.
“………………Kalau begitu, hari ini kalian ingin menanyakan
sesuatu mengenai Honjou-sensei, kan?”
“Ah---Ya. Itu benar. Apa saja boleh, bisakah kau ceritakan
semua yang kau tahu?”
Ketika Shidou bertanya demikian, Takajou membetulkan posisi
kaca matanya dan lensa-nya mulai bersinar.
“Walaupun aku tidak merasa keberatan……………Tapi hubungan macam
apa yang kalian miliki dengan Honjou-sensei?”
“Eh?”
“Tidak, tolong maafkan aku. Tetapi karir kami saat ini
tengah berada di atas puncak popularitas. Aku tidak akan membocorkan infromasi
apapun kepada orang yang tidak ada sangkut pautnya.”
“Aku mengerti…………..”
Mungkin percakapan ini tidak akan bertahan lama. Akan
tetapi, Shidou tidak dapat memikirkan penjelasan bagus macam apapun dengan
segera. Ia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan pada saat itu.
Kemudian dari sebelahnya, Kotori angkat bicara.
“-------------Sebenarnya, kak Nia adalah kerabat jauh kami,
tapi kami tidak bisa menghubunginya selama beberapa tahun terakhir…………Jadi kami
pergi mencaritahu dengan bertanya kepada beragam orang mengenai situasinya.”
Kemudian, Kotori menjelaskan dengan sangat hati-hati.
Mungkin ia telah mengira sebelumnya kalau keadaan seperti ini akan muncul? Atau
itu cuma karangan yang muncul secara tiba-tiba? Tidak perduli yang manapun,
Kotori mengatakannya dengan sangat meyakinkan tanpa merubah ekspresinya. Shidou
merasakan jika Kotori memiliki bakat alami sebagai seorang penipu.
“Fumu, aku paham.”
Takajou bergumam sedikit sebelum akhirnya mengangguk.
Nampaknya, Takajou mempercayai Kotori karena ia barusan menyebutkan nama
aslinya [Nia], yang belum pernah dipublikasikan kepada public sebelumnya.
“Aku memahami keadaan kalian. Aku juga mengkhawatirkan
Honjou-sensei. Aku akan bekerja sama dengan kalian selama itu masih dalam batas
kemampuanku.”
“Benarkah? Terimakasih banyak………….!”
Shidou menaruh kedua tangannya di depannya, lalu
membungkukkan badannya untuk membungkuk kembali kepadanya.
Akan tetapi---------Takajou menggaruk pipinya sedikit.
“Tapi…………….Aku tidak tahu seberapa jauh aku bisa berguna.”
“Apa maksudmu………?”
“Tidak, sebenarnya, aku juga belum pernah bertemu lagi
dengan Honjou-sensei beberapa tahun belakangan ini. Selain itu…………..Entah
mengapa nampaknya Honjou-sensei sendiri juga membenci diriku.”
“Eh? Apa maksudmu?”
Shidou bertanya, Takajou menggelengkan kepalanya selagi ia
melanjutkan.
“Tidak………………Sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu, kami bertemu
dalam acara pesta yang diadakan oleh penerbit dan menjadi teman………Tapi suatu
hari, anehnya sikapnya menjadi dingin terhadapku dan mulai menjaga jarak
denganku…………Tadinya kupikir, kita telah menjadi teman baik sebagai sesama
komikus, tapi……………Nampaknya kelalaianku telah membuatku melakukan sesuatu yang
menyinggungnya tanpa kusadari.”
“Itu………………..”
Begitu mendengar penjelasan tersebut, Shidou mengernyitkan
alisnya. Disebelahnya, Kotori juga membuat ekspresi yang sama seolah menyadari
sesuatu.
Mungkin apa yang muncul di benak Kotori juga------Mengenai
keberadaan Angel <Raziel>.
“Ada apa?”
Merasakan jika reaksi Shidou dan Kotori itu aneh, Takajou
memiringkan kepalanya.
“T-Tidak, tidak ada apa-apa.”
“Fumu…………..Begitukah? --------Ngomong-ngomong, seperti
itulah. Meskipun aku bisa memberitahu kalian apa yang kuketahui, aku tidak
yakin apakah itu bisa berguna atau tidak.”
“Ya, tolong beritahu kami.”
Shidou berkata demikian sembari mengangguk, Takajou menjawab
dengan menggeleng balik. Kemudian, ia melanjutkan.
-----------------Sekitar 40 menit kemudian,
Shidou dan Kotori berterimakasih kepada Takajou lalu
meninggalkan café. Mereka kembali kedalam mobil yang sama yang tadi telah
membawa mereka kemari. Selagi mobilnya berjalan, mereka berdua menatap keluar
untuk melihat pemandangan di luar jendela.
Dari pembicaraan mereka dengan Takajou, Nia memiliki
kepribadian yang ramah yang membuatnya selalu dapat berteman dan berbicara
dengan siapapun.
Akan tetapi, Nia tidak suka membicarakan mengenai dirinya
sebelum dia menjadi seorang komikus. Terutama, ketika ia ditanyai mengenai
hubungan masa lalunya dengan teman-temannya. Nia selalu berusaha sebaik mungkin
untuk mengalihkan pembicaran seperti itu.
Dan bahkan ketika seseorang seperti Takajou muncul, yang
kelihatannya bisa akrab dengan dirinya, Nia malah berbalik menjaga jarak
dengannya.
“………………Bagaimana menurutmu Kotori?”
“Kelihatannya------“
Merespon Shidou, Kotori menggerakkan bibirnya.
“Tidak salah lagi kalau itu ada hubungannya dengan
keberadaan <Raziel>…………..Kalau dipikir baik-baik, itu tidaklah aneh. Jika
kau memiliki sebuah Angel yang dapat mengetahui segalanya yang ada di dunia
ini, semua orang pasti ingin menginvestigasi orang-orang disekitarnya, kan?”
“Tapi……………..Tetap saja.”
“Ya. Mungkin, itulah alasan mengapa Nia tidak bisa
mempercayai manusia. ---Tapi begitulah. Tidak ada seorang manusia pun yang
dapat berperilaku layaknya malaikat setiap siang dan malam. Semua orang
setidaknya pernah membicarakan keburukan seseorang dibelakang punggung orang
yang bersangkutan. Dengan <Raziel>, wajar saja jika ia jadi merasa jijik
terhadap manusia.”
Kotori menggaruk kepalanya.
“………………Ternyata akar permasalahannya lumayan dalam. Waktu
aku mendengar jika ia hanya bisa mencintai karakter 2D, kupikir itu cuma
semacam lelucon saja, tapi………….Intinya, ia tidak akan membukakan hatinya supaya
tidak ada seorangpun yang akan bisa mengkhianatinya, kan? Bukankah
ini………..Sungguh menyedihkan?”
“………………….”
Begitu mendengar ucapan Kotori, Shidou terdiam untuk sesaat.
Mungkin benar yang dikatakan oleh Kotori. Mungkin itulah
alasannya. Alasan mengapa Nia tidak pernah membicarakan tentang hubungan masa
lalunya dengan teman-temannya…………Alasan mengapa ia menenggelamkan dirinya
sendiri kedalam dunia 2D.
Akan tetapi, masih ada satu hal lagi yang terasa janggal.
Mengenai Nia, yang mendadak berperilaku dingin dan menjaga jarak dengan
Takajou……….Pemikiran semacam itu terus mengganjal di benak Shidou.
“……………….Shidou?”
“Eh? Aah…………..”
Shidou menjawabnya, selagi Kotori menatapnya dengan
pandangan tidak puas.
“Aku mengerti kalau kau mengantuk karena kau bekerja
semalaman, tapi ini hal yang penting. Kau tidak boleh melamun seperti itu.”
“Aah…………..Maaf.”
Shidou merespon balik dengan jawaban singkat. Begitu melihat
kehidupan Nia yang sulit, Shidou mengepalkan tangannya.
“Pokoknya, untuk saat ini, ayo kita selesaikan doujin-nya.
Tidak perduli apa yang kita lakukan, kita harus membuat tempat dimana kita bisa
berbicara dengan Nia sekali lagi dan bernegosiasi dengannya.”
Ketika Shidou berkata demikian, Kotori menunjukkan ekspresi
terkejut selagi mengangguk balik kepada Shidou.
0 comments:
Post a Comment