“………………..Intinya, itu tidak baik sama sekali.”
Shidou telah kembali dari Akihabara.
Shidou berkata demikian dengan napas terengah-engah, seluruh
wajah dan tubuhnya dibalut oleh plester.
Ngomong-ngomong, setelah itu Nia, yang tidak dapat menerima
karakternya yang tercinta dihina seperti itu, meninggalkan toko dengan amarah
lalu kembali ke rumahnya seorang diri. ---------Tentunya, ia ikut membawa serta
kopernya yang dipenuhi oleh barang-barang dan buku-buku yang ia beli.
Sekarang ini, Shidou tengah berada di dalam ruang kendali
fasilitas bawah tanah <Ratatoskr>. Di depan layar monitor raksasa, tengah
ditatap oleh Kotori dan dibawah sana terdapat kru <Fraxinus> yang tengah
duduk-duduk.
“Arara……………Kau lumayan babak-belur juga, ya?”
“Dan memangnya kau pikir itu salah siapa!? Siapa!?”
Shidou mengatakan itu dengan mata setengah terbuka, Kotori
bersikap masa bodoh sambil berkata “Ya ampun.”
“Kita tidak berdaya soal itu kan? Karena di sendiri telah
mendeklarasikan jika ia hanya menyukai 2D, apa yang bisa kita lakukan jadi
terbatas. Selain itu--------Meskipun akhirnya kita gagal, setidaknya level
ketertarikannya sempat meningkat untuk sementara. Ini adalah data penting.”
“Meskipun kau bilang begitu, level ketertarikan itu muncul
karena dia berhadapan dengan Tokiya, kan? Kita tidak bisa menggunakan metode
yang sama lagi, jadi itu tidak ada gunanya…………”
“………………..Tidak.”
Menyanggah pernyataan Shidou, Reine angkat bicara selagi ia
duduk di kursi bawah dari ruang kendali.
“……………..Itu tidak begitu tepat. Dari hasil ini, menandakan
bahwa meskipun karakter yang ia cintai berubah menjadi 3D, level ketertarikannya
terhadap karakter itu akan tetap sama.”
“A-AKu mengerti……….Tapi, bukankah hasilnya akan sama saja?
Tidak perduli seberapa banyak aku mencoba untuk tetap tenang, aku tidak
memiliki kepercayaan diri kalau aku dapat bertingkah semirip itu dengan
karakter yang ia sukai hingga ke level dimana itu dapat meyakinkan Nia. Meskipun
aku bisa menyegelnya dengan cara seperti itu, apa yang akan terjadi selanjutnya
mungkin lebih menakutkan lagi………”
Wajah Shidou memucat. Itulah yang menjadi pusat perhatian Shidou.
Pada nyatanya, Shidou bukanlah Tokiya. Bagaimanapun juga
pastilah terdapat perbedaan muncul di beberapa bagian yang membuat Shidou tidak
dapat terus memenuhi standar ideal nya Nia. Jika itu sampai terjadi, kemudian
keadaan mental Nia menjadi tidak stabil dan segelnya rusak seketika, maka
kekuatannya akan kembali kepadanya.
Akan tetapi, Reine nampaknya memahami apa yang dikhawatirkan
oleh Shidou, kemudian iapun melanjutkan.
“……………Ngomong-ngomong, aku punya ide.”
“Ide……………….?”
“Ya.”
Kotori menjawab pertanyaan Shidou. Iapun menunjuk ke arah
monitor di depan mereka.
Disana, wujud Nia dapat terlihat dari kamera tersembunyi
yang tersambung dengan monitor.
“Mungkin yang Shidou katakan ada benarnya juga. Tidak
mungkin kau bisa terus berpura-pura sebagai seorang karater. ----------Tapi,
kalau ada seorang karakter yang Shidou bisa mainkan secara sempurna dan bisa ia
terus lakukan, maka itu akan lain cerita, kan?”
“Hah…………? Yaah, kalaupun itu benar……….Tidak mungkin karakter
semacam itu benar ada.”
“Lihat saja nanti. Itu akan segera tiba.”
“Tiba?”
Shidou bertanya, Kotori pun tersenyum licik.
“……………….Ah~”
0 comments:
Post a Comment