----------Pekerjaan telah mencapai puncaknya pada tanggal 31
Desember pukul 01:00 pagi.
Di dalam ruangan kerja pada lantai pertama dari mansion para
roh, Shidou dan yang lainnya tengah sibuk menggunakan pena untuk menintai
manuscript yang masih putih bersih.
“………………..”
Di tengah kesunyian, Shidou menggerakkan tubunnya kedepan
meja seolah sedang menempel kepada itu. Kemudian, ia menintai sketsa kasar
karakter buatan Natsumi dengan sangat hati-hati.
Shidou mengenakan kaos tangan yang menutupi jari-jemarinya
supaya ia tidak mengganggu dan mengotori manuscript-nya. Ia juga menempelkan
cooling sheet di atas dahinya untuk mencegahnya dari rasa kantuk.
Botol-botol kosong dari minuman kopi kaleng dan minuman
berenergi berjejeran di tepi meja.
“………………….Pukul 01:00 pagi……………..Walau kita harus mengirimkan
data nya untuk sentuhan terakhir…………….Kita sudah hampir mencapai batas
kita………….Kau tahu?”
“……………Ui~…………….”
“Ja………….waban. Sebelah sini, hanya tinggal sedikit lagi……….”
“…………………..”
Sehari telah berlalu semenjak mereka mulai bekerja. Shidou
tidak pernah meninggalkan kursinya kecuali untuk makan, ijin ke toilet dan
istirahat sejenak. Ia terus melanjutkan menggambar. Semua itu telah membuat
pikirannya merasa jauh lebih lelah daripada yang ia duga. Ketika ia pergi ke
toilet barusan, begitu ia menatap bayangannya sendiri di depan cermin, kedua
matanya dikelilingi oleh lingkaran hitam yang luar biasa besar, mirip seperti
Reine.
Akan tetapi, bukan hanya Shidou seorang saja yang mengalami
kondisi seperti itu. Di sebelah kiri Shidou, baik Kaguya dan Yuzuru juga berada
dalam keadaan sama seperti Shidou. Kepala mereka juga terlihat pusing sekali.
Satu-satunya yang masih terlihat tenang adalah Origami, tetapi terkadang ia
juga berhenti bergerak setiap jam seolah sudah kehabisan baterai.
Akan tetapi, Natsumi, tidak salah lagi, adalah yang tengah
berada di dalam situasi yang luar biasa berbahaya.
Natsumi duduk di depan meja di bagian belakang ruangan. Ia
tidak beristirahat walau hanya sekali. Kedua matanya terlihat sangat merah, dan
ujung jarinya gemetaran. Tetapi, tidak perduli seberapa banyak Shidou dan yang
lainnya memintanya untuk beristirahat, Natsumi tidak pernah berhenti menggambar
sekalipun. Dengan keteguhan hati yang seperti itu, Natsumi telah dianugerahi
dengan kelebihan seorang pro.
Menatap ke arah sang gadis, Shidou jadi tidak bisa mengeluh
sedikitpun. Shidou mengumpulkan seluruh tekad yang tersisa di dalam dirinya dan
menyalurkannya kepada ujung jarinya. Perlahan, ia mulai mengerjakan bagian yang
terakhir.
“Baiklah………………Inilah…………..Akhirnya, selesai……………..”
Shidou berkata demikian dengan suara gemetar, lalu, iapun
terjatuh di atas meja. ---------Tentunya, setelah menaruh manuscript-nya ke
bagian sampingnya.
Pada saat yang hampir bersamaan, Yamai bersaudari dan
Origami juga menyelesaikan pekerjaan mereka. Sama seperti Shidou, baik Kaguya
dan Yuzuru terjatuh di atas meja mereka. Akan tetapi, Origami meregangkan
tubuhnya lalu berhenti bergerak sebentar.
Kemudian, sambil menunggu tintanya mengering, mereka
menghapus sketsa pensilnya lalu memberikan manuscript nya kepada Tim Asisten.
“Baiklah, selanjutnya kita serahkan saja semuanya kepada
<Ratatoskr>.”
Tidak lama setelah itu, pintu ruangan kerja terbuka. Kotori
dan yang lainnya dari tim lain masuk ke dalam sambil membawa sebuah kardus
besar.
“…………….Hai, Shidou.”
“Aah, Kotori…………..Eh?”
Selagi Shidou menyapa balik Kotori dan yang lainnya, ia
kesulitan untuk membuka matanya yang lelah.
Disana, Kotori, Tohka, Yoshino dan Miku muncul dengan wajah
mengantuk yang sama seperti Shidou dan yang lainnya.
“Kalian……………Wajah itu, apa yang telah terjadi?”
Ketika Shidou bertanya, para gadis saling menatap satu sama
lain kemudian menoleh kepada Shidou.
“Itu rahasia, Shidou.”
“Tolong………….Tunggulah.”
“Ufufu……………Sebenarnya, kekurangan tidur adalah musuh utama
dari kecantikan, tapi kami tidak bisa membiarkan hanya darling dan lainnya saja
yang sibuk bekerja~.”
Setelah berkata demikian, Tohka, Yoshino dan Miku tertawa
walaupun mereka terlihat sangat lelah. Shidou memiringkan kepalanya karena
bingung.
“Yang lebih penting, bagaimana pekerjaan kalian?”
“Aah…………Aku baru saja menyelesaikannya. Setelah kami
menyelesaikan bagian menghapus dan meng-scan nya, kami akan mengirim semuanya
kepada Tim Asisten. Kurasa Kaguya, Yuzuru dan Origami juga sudah selesai.”
“Begitukah? Terimakasih, kalau begitu—“
Setelah berkata
demikian, Kotori melihat kesekeliling ruangan.
Benar. Disebelah sana masih ada seorang gadis yang terus
melanjutkan pekerjaannya di ruangan ini., --Natsumi.
Shidou menumpukkan kertas-kertasnya untuk sesaat lalu
perlahan beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke arah Natsumi bersama dengan
Kotori dan yang lainnya.
Begitu melihatnya, baik Yamai bersaudari dan Origami
mengikuti mereka selagi mereka berjalan menuju Natsumi.
“Natsumi……………Apa kau baik-baik saja?”
“……………………”
“Natsumi?”
“………………! A-Aah……………Un………………”
Ketika Shidou bertanya kepadanya, Natsumi menggetarkan
bahunya. Kelelahan nampak terlihat sangat jelas dari wajahnya. Dibawah kedua
mata merahnya, terdapat lingkaran hitam disekitarnya. Terlihat seperti itu,
Natsumi telah mencapai batasnya.
“Karena kami sudah menyelesaikan pekerjaan kami, kami akan
mengambil alih bagianmu. Kau pasti lelah, kan? Kumohon pergilah istirahat.”
“………………Uun, tidak apa-apa. Hanya tinggal sedikit lagi…………….”
Natsumi menggelengkan kepalanya sebagai respon terhadap
perkataan Shidou dan melanjutkan pekerjaannya. Iapun menggosokkan matanya
karena mereka terlihat sangat kelelahan. Ia secara tidak sengaja mengotori
wajahnya dengan tinta yang menempel di tangannya. Entah bagaimana, wajahnya
nampak seperti seseorang yang telah kalah dalam pertandingan badminton Jepang.
“Tunggu sebentar………Natsumi, bukankah kau belum istirahat
sedikitpun sejak kemarin? Terlebih lagi, kau bahkan mengerjakan pekerjaan dua
kali lipat dengan mengerjakan Name dan Draft-nya………..”
“Tidak apa-apa. Pertarungan kita dimulai saat acara
penjualannya. Serahkan saja sisanya kepada kami, dimensi kegelapan dari alam
mimpi telah memanggil dirimu.”
“Persetujuan. Kau terlalu memaksakan dirimu, Natsumi.”
“Beristirahat juga merupakan pekerjaan penting.”
--------------Akan tetapi, walau Yamai bersaudari mencoba
untuk membujuknya bersama-sama, Natsumi tidak menghentikan pekerjaannya sama
sekali.
Menatap ke bagian putih bersih dari manuscript, Natsumi
menintai semuanya menggunakan pena dengan sepenuh hati.
“………………..Kubilang…………….Tidak apa-apa.”
“T-Tapi………………..”
Ketika Shidou berkata demikian, Natsumi terus menggambar
sebuah garis yang indah dengan jarinya yang gemetaran.
“……………Mungkin, akulah satu-satunya yang tidak akan berguna
saat acara penjualannya. Inilah satu-satunya hal yang dapat
kulakukan…………..Hanya sebatas ini saja………….Itulah sebabnya, biarkan aku
melakukan ini. Bgaiku bisa jadi seseorang yang penting seperti ini adalah hal
yang tak pernah terbayangkan. Karena aku juga ingin bisa jadi berguna bagi
semuanya………….”
“Natsumi……………”
“…………….Aku telah diselamatkan oleh Shidou dan yang lainnya,
waktu itu aku sangat senang……….Karena itulah, saat ini, aku ingin menyelamatkan
roh lainnya dengan menyatukan kekuatan kita bersama. Aku, sungguh,
sungguh……………Bahagia. Karena itulah, aku tidak merasa sakit sedikitpun. Aku
benar-benar merasa senang sampai aku tidak bisa menahan diriku. Aku ingin
segera memberitahukan padanya……..Jadi si Nia yang keras kepala itu juga akan
bisa memahaminya.”
Natsumi tersenyum sedikit, sebelum akhirnya ia mengangkat kembali
pena yang ia genggam dengan perlahan.
“------------Kalau persahabatan itu sungguh hal………….Yang
indah.”
Kemudian, Natsumi pingsan dan terjatuh dari kursinya begitu
ia menyelesaikan gambarnya. Beruntungnya, Shidou berhasil menangkap tubuhnya
menggunakan satu tangan saja.
“Hey, Natsumi, apa kau baik-baik saja?”
“…………….”
Shidou bertanya dengan nada khawatir. Natsumi hanya menjawab
dengan dengkuran halus yang menandakan jika ia hanya tertidur saja.
“…………….Kau sudah berjuang dengan keras, Natsumi.”
Berkata demikian, Shidou tersenyum kepadanya dan mengelus
kepalanya dengan lembut.
Kemudian Miku, yang berdiri di belakang Shidou, ikut angkat
bicara dengan air mata berlinangan dari kedua matanya.
“Uuh..............Aku sungguh terharu! Untuk menunjukkan
perhatianku, darling, biarkan aku mengantarkan Natsumi-san ke kamarnya dan
membaringkannya di tempat tidurnya………..”
“Shidou, bawa Natsumi ke kamarnya. Jangan lupa untuk
mengunci pintunya, OK?”
Seolah memotong perkataan Miku, Kotori berkata demikian.
Miku berkata “Aah, Kotori-san benar-benar jahat!” dan membalikkan tubuhnya.
Kotori tidak memperdulikan Miku dan mengambil manuscript-nya
dari atas meja Natsumi. Ia menatapnya sebentar lalu kemudian mengangguk
sedikit.
“-----------Luar biasa.”
Setelah itu, ia menunjukkannya kepada semua orang yang ada
di ruangan itu.
“Inilah hasil dari jiwa Natsumi. Dengan ini, senjata kita
akhirnya telah lengkap. ----Semuanya, pertarungan ini, kita pasti akan meraih
kemenangan!”
Mendengar perkataan Kotori,
“Ooh!”
Shidou dan yang lainnya mengacungkan kepalan tangan mereka
sebagai jawaban mereka.
0 comments:
Post a Comment