Bab 01: Jangan Panik, Itu Jebakan Roh (Bagian 02)

Meskipun Mana berteriak, Shidou hanya mengambil kembali tas belanja yang ia taruh didekatnya, kemudian ia berjalan keluar dari ruang pemeriksaan dan menaiki elevator. Ia melewati tiga lapis pintu elektronik dan akhirnya muncul di dalam sebuah bangunan umum. Bila dibandingkan dengan dekorasi interior di dalam fasilitas rahasia di bawah tanah, bagian luar bangunan nampak normal.
Kemudian Shidou teringat kembali apa yang harus ia lakukan saat ini.
“Lalu………….”
Sebuah tempat terbayang di dalam benak Shidou selagi ia berjalan.
Meskipun hanya sehari telah berlalu semenjak hari Natal, dekorasi dari daerah pertokoan telah berubah dari gaya barat menjadi sangat bergaya Jepang. Pepohonan Natal yang tadinya berjejeran di depan daerah pertokoan saat ini telah berganti dengan deretan pernak pernik Tahun Baru, menunjukkan bahwa Tahun Baru sebentar lagi tiba. Tidak hanya itu, bahkan Santa Klaus dan para rusa terbangnya telah menghilang dari pandangan. Hanya tinggal beberapa bungkus kue tertinggal atas di etalase, meskipun temanya sudah tidak tepat lagi saat ini.
Perubahan secepat ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Malahan, ini terjadi setiap tahunnya, tetapi Shidou tetap beranggapan jika kejadian ini sangatlah menarik. Lagi pula, semua orang yang tadinya sibuk menjalani malam suci di hari yang lalu sekarang telah kembali kepada rutinitas sehari-hari mereka sambil menunggu datangnya Tahun Baru. Meskipun terdapat beberapa festival nasional yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepercayaan orang Jepang, hingga saat ini, semua festival ini telah diikut sertakan di dalam event besar selama seminggu penuh. Pada sat itu, semua orang sangatlah sibuk. Dan itu tidak terelakkan.
Sementara berjalan menyusuri jalanan, Shidou menatap kearah dekorasi pertokoan yang dipenuhi tema Tahun Baru, lalu iapun membuat suara *fuu* selagi menghela napas.
“Meskipun hal ini terus terjadi setiap tahun……….Tetapi perubahan secepat ini tetaplah sangat mengejutkan. Mood semua orang memang sangat cepat berubah.”
Meskipun ia berkata begitu, Shidou tidaklah membenci itu semua. Tidak, malahan, ia sangatlah menantikan kejadian ini.
Bisa melihat suasana kota menjadi sangat ramai sangatlah menyenangkan, dan yang lebih bagus lagi, terdapat sangat banyak bahan masakan yang biasanya jarang ditemukan dipajang di daerah pertokoan. Dan ada banyak diskon juga yang ditawarkan pada saat seperti ini. Hanya dengan melihatnya saja, Shidou merasa jika ini lebih menyenangkan daripada memasak.
“Ngomong-ngomong, apa yang harus kulakukan sekarang………………”
Shidou memegang dagunya sembari berpikir. Ia berpikir untuk memasak lebih sedikit untuk makan malam hari ini daripada yang ia buat untuk malam Natal. Selain itu, malam Tahun Baru dan Tahun Baru masih akan datang beberapa hari lagi. Walaupun <Ratatoskr> mengatakan kalau merekalah yang akan membayar semua biaya untuk makanan, tetapi terlalu banyak juga tidak baik untuk kesehatan tubuh.
Ia memutuskan jika ia tidak akan memasak terlalu banyak, tetapi Shidou tetap bertekad akan membuat sesuatu yang lezat untuk menu malam ini juga.
“Mungkin masakan Jepan akan bagus…………Akhir-akhir ini aku sudah lama tidak makan ikan.”
Ia berbicara kepada dirinya sendiri dengan nada ceria, lalu mengangguk selagi berkata Oke.
Waktu menunjukkan pukul 2:30 siang. Matahari masih tetap berada di atas langit tertinggi. Meski begitu, suhu udaranya lumayan dingin dikarenakan saat ini adalah minggu terakhir di bulan Desember. Berkat musim panas lalu, Shidou telah mengetahui bahan apa saja yang harus ia beli, ia mengumpulkan semua bahan yang ia harus beli.
“……………Oke. Di sini, kan?”
Tiga puluh menit kemudian, Shidou telah selesai membeli semua kebutuhan untuk memasak makan malam. Setelah itu, iapun berjalan pulang menuju rumah dari daerah pertokoan tersebut.
Lalu…………
“………………..Ng?”
Tiba-tiba, Shidou berhenti tepat di pojokan jalan.
Tetapi itu jelas saja. Tepat di depan Shidou saat ini, terdapat seorang gadis tengah terbaring tak sadarkan diri di jalanan.
“Apa…………..!?”
Melihat situasi yang tak terduga, bahu Shidou gemetar.
“A-Apa kau baik-baik saja!?”
Ia berlari menuju gadis tersebut. Menaruh tas belanjaannya di tengah jalan, ia berusaha membangunkan gadis tersebut.
Tetapi, Shidou menghentikan tangannya. Dikatakan bahwa jika kau kebetulan menemukan seseorang terbaring pingsan di tengah jalan, tidaklah tepat untuk menggerakkan badan mereka secara sembarangan. Jika gadis ini merupakan korban kecelakaan lalu lintas dan sempat membenturkan kepalanya di suatu tempat, merubah posisi tubuhnya sepertinya akan sangat fatal.
Lalu, sementara Shidou bingung apa yang harus dilakukan, gadis itu tiba-tiba saja menggerakkan ujung jarinya.
Setelah itu, gadis itu mengangkat kepalanya secara perlahan. Lalu, wajah dari gadis yang sempat mencium tanah itupun mulai terlihat.
Dari penampilannya, gadis itu mungkin satu atau dua tahun lebih tua dari Shidou. Kedua matanya nampak letih dan bibirnya pun kering. Dilihat dari wajahnya, aura kelelahan nampak sangat jelas terlihat. Kantung matanya terlihat tebal dan lingkaran hitam mengitari kedua matanya. Daripada tertabrak oleh mobil dalam kecelakaan lalu lintas, rasanya lebih tepat dikatakan jika ia hanya pingsan karena kelelahan.
Menyadari bahwa gadis itu masih sadarkan diri, Shidou mengangkan bahu gadis tersebut, berusaha untuk membantunya berdiri.
Sidou tidak begitu yakin karena ia hanya dapat melihat bagian belakang gadis tersebut, tetapi kelihatannya gadis tersebut hanya mengenakan jaket di atas baju kamarnya. Begitulah cara gadis itu berpakaian. Sebagai tambahan, di tengah suhu dingin ini, gadis itu hanya mengenakan sepasang sandal tanpa mengenakan kaus kaki sama sekali.
Mungkin gadis itu adalah seseorang yang tinggal di daerah itu, karena gadis itu berani bepergian keluar tanpa mengkhawatirkan cuaca dingin. Terkadang, Shidou juga berpakain serupa saat ia pergi ke mini market terdekat di tengah malam.
Lalu, gadis itu memfokuskan pandangannya untuk melihat wajah Shidou dan menggerakkan bibirnya untuk berbicara. Kemudian, gadis itu mengeluarkan suara yang terdengar mirip dengan suara rintihan.
“-------rut, --------par…………”
“Eh? A-Apa katamu? Apa yang terjadi?”
Sementara Shidou mendengarkan sekali lagi, gadis itu mengatakan kembali kalimat yang sama.
“……………Perutku lapar…………..”
“……………….Hah?”
Mendengar hal itu, mata Shidou terbuka lebar. Lalu, dari arah perut gadis itu terdengar suara *Kruyuuuuuk*…………. Begitulah bunyinya.
Beberapa menit kemudian, Shidou membantu gadis yang pingsan di tengah jalan tadi. Mereka berjalan menyusuri jalanan dengan Shidou sebagai penuntunnya.
“……………..Ng~, maaf ya~, bocah………..”
Gadis yang tengah Shidou gendong mengeluarkan suara yang lemah.
Pada akhirnya, meskipun kesadarannya telah kembali, gadis itu tetap bersikeras jika ia tidak dapat bergerak karena perutnya yang lapar, jadi Shidou tidak punya pilihan lain selain mengantarnya pulang ke rumahnya.
“Tidak usah dipikirkan……….Daripada itu, apa benar kau baik-baik saja? Apa benar tidak usah pergi ke rumah sakit dulu?”
“Ya~, tak apa~, tak apa~. Aku tidak sakit sedikitpun. Lagipula, bukankah akan memakan banyak waktu cuma untuk pergi ke sana?”
Berkata begitu, gadis itu melambaikan dan menggoyangkan tangannya.
“Ngomong-ngomon, tidak usah bicara sesopan itu~ Aku tidak suka terlalu formal~”
“Aah………Aku paham.”
“Hey~, kamu masih belum mengubah cara bicaramu~”
“A-Aku………..Mengerti.”
Shidou menjawab gadis itu sambil berkeringat dingin.
Bertolak belakang dengan tubuh ramping gadis itu, kepribadiannya sangatlah blak-blakkan, benar-benar gadis yang sulit ditebak.
Terlebih, pingsan karena kelaparan di negara maju semacam Jepang pada zaman sekarang bukanlah hal yang wajar. Bagaimanapun juga, pemandangan tak terduga ini sangatlah mengejutkan, Shidou bahkan masih belum sempat mendengarkan situasi gadis itu hingga saat ini. Membuat Shidou bingung hal macam apa yang telah terjadi pada gadis itu.
“Ah, tolong pergi ke mansion di sana.”
Sementara Shidou berpikir, gadis itu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk kearah yang berlawanan dengan tempat mereka saat ini.
Mata Shidou terbuka lebar begitu melihat kearah dimana ujung jari gadis itu menunjuk.
Disana, terdapat sebuah bangunan tinggi, nampaknya tingginya dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan bangunan lainnya. Itu adalah bangunan mansion yang mewah.
“Eh? Disana?”
“Hmm……..Benar……..Ah, jangan katakan kalau kau berpikir jika aku tinggal di apartemen yang lebih kumuh?”
“T-Tidak, aku tidak berpikir………..”
Shidou sempat ragu untuk menjawabnya. Kenyataannya, tebakan gadis itu sangatlah tepat.
Pada dasarnya, semakin tinggi bangunan mansionnya, maka semakin tinggi pula biayanya. Bila melihat dari penampilan gadis itu, sejujurnya, ia tak dapat mencocokkan antara penampilan gadis itu dengan mansion mewah yang berada tepat di depan matanya.
“Ehehe………..Ayolah, itu kan bukan masalah. Bagaimana ya? Kau lihat, itu perbedaan. Hal yang serupa juga terjadi padamu, kan? Sama seperti remaja lain pada umumnya.”
“………….Uhm, itu, aku tidak begitu mengerti maksudmu.”
Shidou mengekerutkan alisnya selagi menjawab gadis itu…….Entah mengapa, begitu membicaran soal perbedaan, Shidou masih tidak dapat mengerti kepribadian gadis ini sama sekali.
“—Ah, bocah, maaf, tapi bisakah kau membawaku ke dalam ruanganku? Aku tidak tahu kenapa, tapi untuk beberapa alasan kedua kakiku tidak bisa digerakkan~. Apa itu semua karena aku jarang menggerakkan kakiku jadi mereka mengalami penurunan dalam funginya~?”
“Aah, kurasa aku bisa………..Apa benar kau tidak usah pergi ke rumah sakit?”
Shidou tidak memiliki urusan penting lain yang harus ia kerjakan, jadi ia tidak memiliki alasan untuk menolak. Terlebih lagi, jika ia meninggalkan gadis itu di sini, ada kemungkinan jika gadis itu akan pingsan lagi dan mati di tengah jalan dan Shidou akan merasa sangat bersalah jika hal seperti itu terjadi………
Jika dipikirkan secara normal, hal semacam itu semestinya mustahil terjadi. Hal seperti itu hanya akan terjadi di dalam komik, meskipun situasi di dalam komik itu benar-benar terjadi kepada gadis ini. Terkadang hal semacam itu dapat terjadi di dalam kehidupan nyata juga.
Shidou, selagi menggendong gadis itu, berjalan melewati gerbang mansion. Lalu, mereka tiba di depan pintu auto-lock.
“Lalu………….”
Di dalam mansion mewah semacam itu, mereka memiliki auto-lock yang harus di unlock terlebih dahulu. Tetapi, nomor pinnya harus diketahui hanya oleh orang-orang yang tinggal di mansion tersebut, dan orang yang bersangkutan tidak dapat mengetikkan nomor pinnya dari belakang punggung Shidou.
Mungkin, mengintip kearah nomor pin orang lain bukanlah hal yang baik, tetapi situasi saat ini membuatnya tidak memiliki pilihan lain lagi. Kemudian, Shidou berbicara kepada gadis yang tengah ia gendong di punggungnya.
“Aku akan menutup mataku, jadi saat itu……….”
“Ah, nomor ruangannya adalah 1801, dan nomor pinnya 1234, oke?”
“Keamanannya!?”
Terkejut oleh perkataan gadis itu, Shidou mengeluarkan suara yang terdengar aneh.
“Eh, kenapa barusan kau berteriak? Itu sangat menghibur. Lakukan lagi, lagi.”
“Lupakan! Kau tidak boleh membiarkan orang lain tahu mengenai hal semacam itu dengan mudahnya!”
“Eh? Kenapa?”
Gadis itu bertanya kembali dengan nada kaget. Shidou menggaruk kepalanya karena merasa stress dan kembali berbicara.
“Itu tidak bagus untuk keamanannya, bukan begitu!? Jika orang lain selain mereka yang tinggal disini sampai tahu password nya, maka mereka bisa pergi keluar masuk dengan mudahnya! Kita baru pertama kali bertemu, dan aku ini laki-laki tahu!”
Shidou menjelaskan teori itu dengan nada suara tinggi, gadis itu kemudian berkata “Oh” dan menutup mulutnya dengan tangannya.
“Akankah kau melakukannya, bocah? Mustahil, itu sangat mengejutkan.”
“Aku tidak akan melakukannya! Aku cuma memberitahukanmu hal yang sewajarnya saja!”
“…………..Ah~, aku tahu. Meskipun kau terlihat seperti seorang herbivora, tetapi sebenarnya kau itu seorang karnivora………….Mungkin ini yang disebut sebagai perbedaan. Aku menjadi lebih bijak sekarang.”
“Apa kau bahkan mendengarkan ketika ada orang lain sedang berbicara padamu!?”
“Aku mendengarkan, mendengarkan kok. Super mendengarkan malahan……….Ngomong-ngomong, aku cuma ingin tahu sekedar untuk referensi, jika seorang laki-laki masuk ke dalam kamar seorang gadis, hal apa yang akan ia lakukan pertama kali?”
“Kau memang benar-benar tidak mendengarkanku, kan!?”
Shidou berkata sambil berteriak kepada gadis itu, mendadak ia merasakan jika ada seseorang tengah memperhatikan mereka dari suatu tempat.
“Ng………..?”
Di sana, terdapat seseorang tengah menatap tajam kearah mereka……..Karena hal itu, tubuh Shidou mulai gemetar.
Di sana, seorang wanita tengah berdiri. Wanita itu adalah manager dari mansion ini………Nampaknya, ia adalah pengurus dari mansion ini. Karena Shidou dan gadis itu membuat kegaduhan tepat di depan pintu gerbang di lobby mansion, wanita itu menatap kearah mereka berdua dengan tatapan curiga. Wanita itu sepertinya berniat memanggil polisi, karena ia tengah menggenggam telepon saat ini.
“A-Ahaha………”
Shidou membuat senyuman kecil dengan terpaksa, ia mengetikkan nomor pin yang tadi ia dengar dari gadis itu, lalu pintu otomatis itupun segera terbuka.
“………….Permisi.”
“Oke-oke, pak~”
Gadis itu merespon dengan nada ceria. Shidou menghela napas, kemudian iapun berjalan keluar dari lobby menuju lorong.
Setelah itu, ia menaiki elevator. Shidou dapat melihat dekorasi indah dari ruangan di bawahnya sebelum akhirnya menuju ke ruangan yang dituju.
“……………..Hey, kita sudah sampai. Apa tak apa jika aku menurunkanmu di sini?”
“Ng~, terimakasih. Tapi kalau kau meninggalkanku seperti ini, aku pasti akan mati nanti.”
“……………..Ha. Kalau begitu, berikan padaku kuncinya. Aku akan membukakannya.”
“Dimengerti. Ah, tapi kuncinya ada di kantung celana belakang pantatku, jadi tolong ambil dengan perlahan ya~”
“Kenapa kau taruh di sana!?”
Shidou berteriak sementara gadis itu melingkarkan legannya ke leher Shidou.
“Aku tidak punya niat buruk sama sekali, kok. Aku cuma ingin menunjukkan rasa terimakasihku karena telah menolongku di jalan tadi, jadi kupikir aku harus memberikanmu beberapa service untuk menyegarkanmu. Bahkan jika kau menaruh tanganmu di tempat yang salah seperti misalnya di dalam celanaku, aku masih tidak masalah kalau itu di atas celana dalamku.”
“Kau ini bicara apa sih!?”
“Ng~, tidak~, yaah~, setidaknya kurasa aku harus menunjukkan rasa terimakasihku, jadi aku terus ‘menekankan’ punyaku kepadamu selama ini, tapi kau tidak menunjukkan reaksi apapun ~. Oh, mungkin bocah ini lebih menyukai pantat? Begitulah pikirku.”
“Yang kau pikirkan itu melewati batas kewajaran!?”
“Ah, mungkin bocah lebih menyukai dada yang besar? Kau tidak tertarik dengan dada dibawah ukuran 80 cm? Maaf soal itu~. Aku tidak bisa berbuat apapun untuk mengubahnya~.”
“Bisakah kau tidak melibatkan orang lain kedalam ketertarikanmu yang aneh itu?”
Shidou terus berteriak untuk sementara, dan kemudian sekali lagi, ia menghela napas panjang.
“Lupakan, berikan saja padaku kuncinya. Atau aku akan meninggalkanmu di sini.”
“Aw, Sepertinya aku tidak punya pilihan lain~”
Setelah mengatakan itu, gadis itupun menaruh tangannya kedalam kantung yang ada di pantat celananya.
“Ah……………., Mendadak…………Kya…………”
“Jangan mengeluarkan suara aneh di belakang punggung seseorang, oke………”
“Apa-apaan itu, kau tidak asik.”
Gadis itu menggembungkan pipinya, kemudian iapun memberikan kuncinya. Shidou membuka pintunya dan masuk ke dalam ruangan itu.
“Maaf mengganggu.”
“Kumaafkan karena sudah mengganggu~”
“…………….”
“Eh, kau tidak bertingkah sebagai Tsukkomi lagi?”
Tidak memperdulikan perkataan sang gadis, Shidou melepaskan kedua sepatunya sebelum memasuki ruangan itu.
Dari pintu masuk ruangan itu, terdapat sebuah lorong yang panjang. Di sana, ruangan itu dipenuhi oleh bergunung-gunung tumpukan majalah dan komik.
“Lalu, dimana kamarmu?”
“Di sana~”
Setelah gadis itu menunjukkan jalannya, ia berjalan menuju ruangan itu.
Lagi, kamar gadis itu dipenuhi oleh tumpukan komik. Hampir seluruh permukaan dinding telah berubah menjadi lemari buku, tetapi tetap saja, pada akhirnya buku-buku tersebut hanya tertumpuk tinggi di dalam ruangan.
Kasur gadis itu malah lebih parah lagi. Terdapat sebuah kasur di tengah kamar yang besar, tapi kelihatannya cuma muat untuk seorang saja. Ditambah lagi, buku-buku berserakan di seluruh kamar. Intinya, gadis itu sepertinya memiliki rasa suka yang amat sangat terhadap buku, karena kasurnya tampak seperti peti jenazah yang sudah dipersiapkan dengan buku bertebaran di atasnya daripada kumpulan bunga.
“Uh, tunggu.”
Sementara Shidou berdiri sebentar tepat di depan kasur, gadis itu memindahkan tubuhnya dari punggung Shidou ke atas kasur tersebut. Menggelincir ke bawah seperti layaknya lumpur dan bagaikan potongan puzzle, gadis itu berbaring di atas kasur dengan nyamannya.
“Ng~, akhirnya kita sampai.”
“Haa………….”
Lalu, setelah akhirnya membaringkan sang gadis, Shidou menghela napas. Ia melihat ke sekeliling interior ruangan dan berhasil menemukan sesuatu di dalamnya.
“Ini…………..”
Meskipun tidaklah sopan melihat kedalam kamar seorang gadis yang baru saja ia temui, ia tidak bisa menang melawan rasa ingin tahunya sendiri. Ia berjalan maju menuju arah tertentu, di sebelah sana ia dapat melihat sesuatu yang sulit dipercaya. Itu adalah meja kerja yang lumayan besar. Terdapat bermacam-macam perlengkapan menggambar berjejeran di atasnya, disana juga terdapat lampu pipih yang dapat menyinari seluruh permukaan meja.
Diatas lampu tersebut, terdapat selembar kertas tebal berukuran B4 berada di tengah meja tersebut. Itu adalah coma skrip, tidak hanya telah tergambar degan beberapa karakter dan latar belakang, tetapi juga terdapat beberapa teks tertulis di atasnya. Skrip itu nampak telah selesai dan hampir siap untuk di tintai, karena sketsa kasar yang digambar dengan menggunakan pensil masih belum dihapus saat ini.
Benar----------Ini adalah pertamakalinya Shidou melihat itu secara langsung, itu sudah tidak salah lagi.
Dan apa yang ada di sana itu adalah apa yang disebut sebagai skrip untuk membuat komik.
“Eh, mungkinkah, kau menggambar komik?”
Shidou bertanya kepada gadis yang tengah tidur dengan tenang di atas kasur layaknya mayat. Kemudian, gadis itupun mengangkat tangannya.
“Ng-------? Itu benar. Aku adalah seorang professional……….Aku terlalu focus dengan pekerjaanku sampai aku lupa untuk makan~………….Jadi kupikir aku tidak punya pilihan lain selain pergi ke mini market terdekat atau ke super market. Lalu, aku menyadari kalau gravitasi bumi jadi semakin memberat.”
Setelah mengatakan itu, gadis itu mengangkat tangannya sebelum akhirnya menurunkan tangannya kembali ke atas kasur. Shidou nampak tercengang dan tersenyum kecut.
“Jadi, itu sebabnya……..Tapi kalau kau seorang professional, bukankah kau punya asisten?”
“Ng--------Biasanya sih begitu, tapi aku lebih suka menyelesaikan segala sesuatunya sampai akhir seorang diri~. Yah, kalau kau memang merasa nyaman melakukan semua itu seorang diri, maka itu tidak masalah. Walau terkadang, aku merasa seolah aku nyaris mati.”
“Tapi kurasa itu kesalahan yang fatal…………”
Shidou menggaruk pipinya sebelum akhirnya menatap kembali ke arah skrip komik di atas meja.
Itu tidak seperti Shidou selalu membaca komik setiap waktu seperti seorang maniak atau semacamnya, tetapi Shidou juga menyukai membaca komik layaknya remaja SMU pada umumnya. Ia bahkan membeli komik kesukaannya juga. Bagaimanapun juga, ini adalah pertamakalinya ia melihat skrip mentah nya, jadi itu benar-benar pengalaman yang lumayan menarik.
Ditebak dari gaya menggambarnya, ini adalah Komik Shounen. Meskipun itu masih belum sepenuhnya selesai, Shidou bisa mengatakan jika gadis itu memang adalah seorang professional—
“……………..Hmm?”
Kemudian, Shidou mengernyitkan alisnya, ia membungkukkan badannya kedepan dan mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih dekat skrip nya.
Karena skrip nya masih belum selesai saat ini, Shidou tidak begitu yakin. Akan tetapi, ia mengenali gaya menggambar itu di suatu tempat.
“………………Eh, ini, jangan-jangan [SILVER BULLET]!?”
Shidou langsung berteriak. Benar. Di sebelah sana adalah komik yang Nakatsugawa bicarakan sebelumnya [SILVER BULLET].
“Oh? Kau tahu juga ya. Mungkin, kau salah satu pembacaku? Terimakasih~”
Gadis itu kembali melambaikan salah satu tangannya, Shidou menjadi lebih penasaran lagi. Shidou berbalik dan kembali bertanya.
“Tidak, tunggu sebentar. Jadi itu artinya kau adalah Honjou Souji…………?”
“Ng~, benar~”
“K-Kau bukan seorang pria?”
“Ah~, itu ya? Itu cuma nama samaran, nama samaran. Nama asliku adalah Nia. Honjou Nia. Senang berkenalan denganmu~”
Setelah berkata begitu, menunjukkan senyuman yang lebar, lalu kembali berbicara.
“Itu lumayan normal, kau tahu. Ada banyak sekali penulis wanita melakukan hal yang sama saat mereka menggambar komik Shounen. Contohnya, Takajou-san penulis [OTHER FAKE] sebenarnya juga seorang wanita.”
“Eh!? B-Benarkah!?”
Begitu mendengar informasi itu, mata Shidou terbelalak………..Lalu iapun kembali berpikir.
Selain daripada masalah jenis kelamin sebelumnya, Shidou menemukan hal lain yang jauh lebih aneh masih tertinggal.
“Tidak-tidak-tidak………..Itu masih tetap saja aneh. Karena [SILVER BULLET] adalah komik yang beredar pada saat aku masih SD, kau tahu? Itu artinya awal mula karir dari Honjou Souji jauh sebelum saat itu…..”
Shidou berteriak kembali hingga membuat tenggorokannya bergetar. Ia menatap penampilan Nia sekali lagi.
Kemungkinan umurnya sekitar 18 atau 19 tahun………..Tidak peduli seberapa efektifnya makeup yang ia kenakan untuk membuat penampilannya terlihat lebih muda, 20 tahun adalah batasan kemungkinan umur aslinya. Jika usia asli gadis ini benar-benar 30 tahun, penampilan awet muda semacam itu adalah sesuatu yang semua orang selalu inginkan. Tidak diragukan lagi jika perusahaan kecantikan dan TV Channel akan mendatangi gadis itu untuk mengambil keuntungan.
Dalam hal ini, gadis itu pastilah anak perempuan dari Honjou Souji yang memiliki gaya menggambar yang sama persis dan mewarisi nama yang sama dengannya sebagai generasi kedua………Terdapat beberapa orang diluar sana melakukan hal yang serupa.
Akan tetapi, Nia dapat menebak apa yang Shidou tengah pikirkan, kemudian ia berkata *fufu*, sementara ia mengangkat bahunya.
“Maaf saja, tapi dari awal hingga saat ini, Honjou Souji dan aku adalah orang yang sama. Ngomong-ngomong, sudah sekitar sepuluh tahun telah berlalu semenjak debut pertamaku.”
“S-Sepuluh tahun………”
Shidou tercengang mendengar penjelasan tersebut, kebenaran yang diungkapkan oleh Nia terus terngiang bagai suara drum, Shidou nampak kebingungan mendengar teori semacam itu.
Jika dipikirkan secara normal, hal seperti itu seharusnya mustahil terjadi. Kemungkinan jika semua teori itu hanyalah bagian dari gurauan Nia sangatlah tinggi.
Tetapi, skrip yang terdapat di atas meja itu sudah jelas merupakan gaya menggambarnya Honjou. Tentu saja, ada juga kemungkinan jika semua itu hanyalah copy dari gambar yang asli. Bagaimanapun juga, jika komik ini benar-benar dipublikasikan oleh [BLAST], maka itu akan menjadi bukti keaslian dari skrip tersebut.
Sementara Shidou memikirkan itu, Nia berkata “Oh, ya ampun~” dan menghela napas.
“Uhm………Meskipun hasilnya agak berbeda dari yang kuinginkan, tapi yaah, sudahlah. ~Akan kuberitahu. Rahasiaku adalah—“
“EH……….?”
Mendengar kata-kata Nia, Shidou agak terkejut.
Memang benar jika Shidou merasa penasaran akan hal itu, tapi…….Apapun itu, benarkah itu tidak apa untuk memberitahukannya kepada orang asing seperti Shidou? Pertanyaan semacam itu muncul di dalam benak Shidou.
“Sebenarnya~”
Tetapi, beberapa saat kemudian….
Gu~……….Kruyuuuuuuuuuk………….
Suara itu keluar dari dalam perut Nia lebih kencang dari sebelumnya.
Terlebih lagi, karena Nia hampir mengatakan hal yang serius, ia membuat ekspresi wajah yang serius untuk menunjukkan bahwa situasi sebelumnya akan menjadi lumayan serius.
“B-Bocah……….”
Nia memanggil Shidou dengan suara lemah. Shidou menghela napas dan menggaruk kepalanya.
“Oke, oke…….Aku akan meminjam dapurmu sebentar.”
“Ya~……….”
Lalu, Shidou berjalan keluar dari kamar itu, tapi kemudian kembali berbalik ke arah Nia dengan segera.
“…………..Aku cuma ingin menanyakan ini untuk memastikan saja. Kau bisa memakan makanan biasa, kan? Kau tidak menghisap darah untuk menjaga penampilanmu yang awet muda itu, ‘kan?”
“Eh? Apa kau akan membiarkanku menghisap darahmu?”
Kemudian, Niapun mencoba meniru tingkah binatang karnivora dengan menekukkan jari-jemari kedua tangannya membentuk cakar, “Gaah~” dan iapun menggemeretakkan giginya. Tapi, ia kehilangan energi fisiknya dengan segera dan lalu terjatuh.
“……………..Untuk saat ini, ku anggap itu sebagai iya.”
Shidou mengatakan itu dengan mata setengah terbuka. Ia meninggalkan kamar itu dan berjalan sendirian menuju dapur.
Melihat sikap Nia, Shidou menduga jika tempat mencuci piringnya akan dipenuhi oleh piring kotor. Akan tetapi, selain daripada meja makan yang berdebu, isi dapur itu nampak tertata rapih.
“Heee. Sungguh mengejutkan………..Aku tahu tidaklah sopan kalau aku berkata begini, tapi ini lumayan rapih.”
Tetapi, sesaat kemudian, Shidou mengubah pendapatnya barusan. Hanya dengan melihat ke arah meja makan itu saja sudah sangat memperjelas semuanya. Di pojokan dapur, Shidou dapat melihat sampah bekas makanan instant dari mini market.
Dengan kata lain, daripada Nia yang tidak pernah membersihkan tempat ini, nampaknya ia memang tidak pernah menggunakan tempat ini sekalipun. Ia pastilah selalu makan diluar atau membeli bekal makanan dari mini market. Dengan kata lain, Nia pastilah selalu memakan makanan instant setiap kali ia makan.
“…………….”
Shidou tetap terdiam sambil menaruh tangannya di atas dahinya. Iapun mulai mengelap meja itu dengan semacam kain basah.
“Yaah…………..Sekarang.”
Setelah ia selesai membersihkan semua kotoran yang ada, ia melihat kesekeliling dapur dan berjalan untuk membuka kulkas.
“………….C-Cuma sake……….?”
Shidou mengutarakan rasa tidak percayanya atas apa yang baru saja ia lihat, lalu iapun menarik laci bagian sayuran untuk memeriksa. Didalam sana hanya terdapat beberapa botol sake, serta beberapa buah buku yang menutupinya.
“……………..”
Shidou menutup kulkas itu secara perlahan. Ia kembali ke pintu masuk dan mengambil kantung belanjaan yang ia bawa tadi, ia memutuskan untuk memilih beberapa bahan masakan yang tepat sebelum kembali ke dapur. Sebenarnya, itu semua untuk makan malam para roh, tapi………karena porsi yang dibeli lebih banyak dari biasanya, itu pasti baik-baik saja. Dan yang lebih penting lagi, ia tidak bisa membiarkan gadis bernama Nia ini sampai mati kelaparan.
Shidou membasuh tangannya, lalu mulai memasak seperti yang biasa ia lakukan. Walau, tidak banyak perlengkapan memasak yang dapat ia gunakan, sehingga mustahil bisa membuat masakan yang lezat. Terlebih, tidak banyak waktu yang tersisa untuk memasak karena ia tidak boleh membiarkan Nia menunggu terlalu lama.
Setelah Shidou memutuskan, ia memasukkan air kedalam satu-satunya panci yang ada di dapur. Lalu, ia juga memasukkan beras mentah kedalam air itu, kemudian menyalakan apinya untuk mulai memasak.
Setelah itu, ia menaruh beberapa bawang kecil ketempat dimana api tadi dinyalakan, beserta beberapa pasta kacang. Ia juga menambahkan beberapa sake ala Jepang yang ia pinjam dari dalam kulkas untuk menambahkan cita rasa. Dan sebagai sentuhan akhir, ia memasukkan beberapa butir telur ke bahan campuran tadi untuk menyelesaikan sup nya yang sederhana.
Dengan begini, masakan ini telah selesai dibuat hanya dalam waktu singkat. Shidou membawa masakan itu kepada Nia, yang tengah hampir mati kelaparan. Meskipun ini hanyalah menu yang sederhana, Shidou berpikir jika masakan ini cukup baik untuk gadis itu.
“Oke, kuharap ini sudah cukup.”

0 comments:

Post a Comment