Bab 04: Ada Deadline Jika Kau Menyerah (Bagian 03)

----------Pekerjaan telah mencapai puncaknya pada tanggal 31 Desember pukul 01:00 pagi.

Di dalam ruangan kerja pada lantai pertama dari mansion para roh, Shidou dan yang lainnya tengah sibuk menggunakan pena untuk menintai manuscript yang masih putih bersih.

“………………..”

Di tengah kesunyian, Shidou menggerakkan tubunnya kedepan meja seolah sedang menempel kepada itu. Kemudian, ia menintai sketsa kasar karakter buatan Natsumi dengan sangat hati-hati.
Shidou mengenakan kaos tangan yang menutupi jari-jemarinya supaya ia tidak mengganggu dan mengotori manuscript-nya. Ia juga menempelkan cooling sheet di atas dahinya untuk mencegahnya dari rasa kantuk.

Botol-botol kosong dari minuman kopi kaleng dan minuman berenergi berjejeran di tepi meja.

“………………….Pukul 01:00 pagi……………..Walau kita harus mengirimkan data nya untuk sentuhan terakhir…………….Kita sudah hampir mencapai batas kita………….Kau tahu?”

“……………Ui~…………….”

“Ja………….waban. Sebelah sini, hanya tinggal sedikit lagi……….”

“…………………..”

Sehari telah berlalu semenjak mereka mulai bekerja. Shidou tidak pernah meninggalkan kursinya kecuali untuk makan, ijin ke toilet dan istirahat sejenak. Ia terus melanjutkan menggambar. Semua itu telah membuat pikirannya merasa jauh lebih lelah daripada yang ia duga. Ketika ia pergi ke toilet barusan, begitu ia menatap bayangannya sendiri di depan cermin, kedua matanya dikelilingi oleh lingkaran hitam yang luar biasa besar, mirip seperti Reine.

Akan tetapi, bukan hanya Shidou seorang saja yang mengalami kondisi seperti itu. Di sebelah kiri Shidou, baik Kaguya dan Yuzuru juga berada dalam keadaan sama seperti Shidou. Kepala mereka juga terlihat pusing sekali. Satu-satunya yang masih terlihat tenang adalah Origami, tetapi terkadang ia juga berhenti bergerak setiap jam seolah sudah kehabisan baterai.

Akan tetapi, Natsumi, tidak salah lagi, adalah yang tengah berada di dalam situasi yang luar biasa berbahaya.

Natsumi duduk di depan meja di bagian belakang ruangan. Ia tidak beristirahat walau hanya sekali. Kedua matanya terlihat sangat merah, dan ujung jarinya gemetaran. Tetapi, tidak perduli seberapa banyak Shidou dan yang lainnya memintanya untuk beristirahat, Natsumi tidak pernah berhenti menggambar sekalipun. Dengan keteguhan hati yang seperti itu, Natsumi telah dianugerahi dengan kelebihan seorang pro.

Menatap ke arah sang gadis, Shidou jadi tidak bisa mengeluh sedikitpun. Shidou mengumpulkan seluruh tekad yang tersisa di dalam dirinya dan menyalurkannya kepada ujung jarinya. Perlahan, ia mulai mengerjakan bagian yang terakhir.

“Baiklah………………Inilah…………..Akhirnya, selesai……………..”

Shidou berkata demikian dengan suara gemetar, lalu, iapun terjatuh di atas meja. ---------Tentunya, setelah menaruh manuscript-nya ke bagian sampingnya.

Pada saat yang hampir bersamaan, Yamai bersaudari dan Origami juga menyelesaikan pekerjaan mereka. Sama seperti Shidou, baik Kaguya dan Yuzuru terjatuh di atas meja mereka. Akan tetapi, Origami meregangkan tubuhnya lalu berhenti bergerak sebentar.

Kemudian, sambil menunggu tintanya mengering, mereka menghapus sketsa pensilnya lalu memberikan manuscript nya kepada Tim Asisten.

“Baiklah, selanjutnya kita serahkan saja semuanya kepada <Ratatoskr>.”

Tidak lama setelah itu, pintu ruangan kerja terbuka. Kotori dan yang lainnya dari tim lain masuk ke dalam sambil membawa sebuah kardus besar.

“…………….Hai, Shidou.”

“Aah, Kotori…………..Eh?”

Selagi Shidou menyapa balik Kotori dan yang lainnya, ia kesulitan untuk membuka matanya yang lelah.
Disana, Kotori, Tohka, Yoshino dan Miku muncul dengan wajah mengantuk yang sama seperti Shidou dan yang lainnya.

“Kalian……………Wajah itu, apa yang telah terjadi?”

Ketika Shidou bertanya, para gadis saling menatap satu sama lain kemudian menoleh kepada Shidou.
“Itu rahasia, Shidou.”

“Tolong………….Tunggulah.”

“Ufufu……………Sebenarnya, kekurangan tidur adalah musuh utama dari kecantikan, tapi kami tidak bisa membiarkan hanya darling dan lainnya saja yang sibuk bekerja~.”

Setelah berkata demikian, Tohka, Yoshino dan Miku tertawa walaupun mereka terlihat sangat lelah. Shidou memiringkan kepalanya karena bingung.

“Yang lebih penting, bagaimana pekerjaan kalian?”

“Aah…………Aku baru saja menyelesaikannya. Setelah kami menyelesaikan bagian menghapus dan meng-scan nya, kami akan mengirim semuanya kepada Tim Asisten. Kurasa Kaguya, Yuzuru dan Origami juga sudah selesai.”

“Begitukah? Terimakasih, kalau begitu—“

Setelah berkata demikian, Kotori melihat kesekeliling ruangan.
Benar. Disebelah sana masih ada seorang gadis yang terus melanjutkan pekerjaannya di ruangan ini., --Natsumi.

Shidou menumpukkan kertas-kertasnya untuk sesaat lalu perlahan beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke arah Natsumi bersama dengan Kotori dan yang lainnya.
Begitu melihatnya, baik Yamai bersaudari dan Origami mengikuti mereka selagi mereka berjalan menuju Natsumi.

“Natsumi……………Apa kau baik-baik saja?”

“……………………”

“Natsumi?”

“………………! A-Aah……………Un………………”

Ketika Shidou bertanya kepadanya, Natsumi menggetarkan bahunya. Kelelahan nampak terlihat sangat jelas dari wajahnya. Dibawah kedua mata merahnya, terdapat lingkaran hitam disekitarnya. Terlihat seperti itu, Natsumi telah mencapai batasnya.

“Karena kami sudah menyelesaikan pekerjaan kami, kami akan mengambil alih bagianmu. Kau pasti lelah, kan? Kumohon pergilah istirahat.”

“………………Uun, tidak apa-apa. Hanya tinggal sedikit lagi…………….”

Natsumi menggelengkan kepalanya sebagai respon terhadap perkataan Shidou dan melanjutkan pekerjaannya. Iapun menggosokkan matanya karena mereka terlihat sangat kelelahan. Ia secara tidak sengaja mengotori wajahnya dengan tinta yang menempel di tangannya. Entah bagaimana, wajahnya nampak seperti seseorang yang telah kalah dalam pertandingan badminton Jepang.

“Tunggu sebentar………Natsumi, bukankah kau belum istirahat sedikitpun sejak kemarin? Terlebih lagi, kau bahkan mengerjakan pekerjaan dua kali lipat dengan mengerjakan Name dan Draft-nya………..”

“Tidak apa-apa. Pertarungan kita dimulai saat acara penjualannya. Serahkan saja sisanya kepada kami, dimensi kegelapan dari alam mimpi telah memanggil dirimu.”

“Persetujuan. Kau terlalu memaksakan dirimu, Natsumi.”

“Beristirahat juga merupakan pekerjaan penting.”

--------------Akan tetapi, walau Yamai bersaudari mencoba untuk membujuknya bersama-sama, Natsumi tidak menghentikan pekerjaannya sama sekali.
Menatap ke bagian putih bersih dari manuscript, Natsumi menintai semuanya menggunakan pena dengan sepenuh hati.

“………………..Kubilang…………….Tidak apa-apa.”

“T-Tapi………………..”

Ketika Shidou berkata demikian, Natsumi terus menggambar sebuah garis yang indah dengan jarinya yang gemetaran.

“……………Mungkin, akulah satu-satunya yang tidak akan berguna saat acara penjualannya. Inilah satu-satunya hal yang dapat kulakukan…………..Hanya sebatas ini saja………….Itulah sebabnya, biarkan aku melakukan ini. Bgaiku bisa jadi seseorang yang penting seperti ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan. Karena aku juga ingin bisa jadi berguna bagi semuanya………….”

“Natsumi……………”

“…………….Aku telah diselamatkan oleh Shidou dan yang lainnya, waktu itu aku sangat senang……….Karena itulah, saat ini, aku ingin menyelamatkan roh lainnya dengan menyatukan kekuatan kita bersama. Aku, sungguh, sungguh……………Bahagia. Karena itulah, aku tidak merasa sakit sedikitpun. Aku benar-benar merasa senang sampai aku tidak bisa menahan diriku. Aku ingin segera memberitahukan padanya……..Jadi si Nia yang keras kepala itu juga akan bisa memahaminya.”

Natsumi tersenyum sedikit, sebelum akhirnya ia mengangkat kembali pena yang ia genggam dengan perlahan.

“------------Kalau persahabatan itu sungguh hal………….Yang indah.”

Kemudian, Natsumi pingsan dan terjatuh dari kursinya begitu ia menyelesaikan gambarnya. Beruntungnya, Shidou berhasil menangkap tubuhnya menggunakan satu tangan saja.

“Hey, Natsumi, apa kau baik-baik saja?”

“…………….”

Shidou bertanya dengan nada khawatir. Natsumi hanya menjawab dengan dengkuran halus yang menandakan jika ia hanya tertidur saja.

“…………….Kau sudah berjuang dengan keras, Natsumi.”

Berkata demikian, Shidou tersenyum kepadanya dan mengelus kepalanya dengan lembut.
Kemudian Miku, yang berdiri di belakang Shidou, ikut angkat bicara dengan air mata berlinangan dari kedua matanya.

“Uuh..............Aku sungguh terharu! Untuk menunjukkan perhatianku, darling, biarkan aku mengantarkan Natsumi-san ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidurnya………..”

“Shidou, bawa Natsumi ke kamarnya. Jangan lupa untuk mengunci pintunya, OK?”

Seolah memotong perkataan Miku, Kotori berkata demikian. Miku berkata “Aah, Kotori-san benar-benar jahat!” dan membalikkan tubuhnya.

Kotori tidak memperdulikan Miku dan mengambil manuscript-nya dari atas meja Natsumi. Ia menatapnya sebentar lalu kemudian mengangguk sedikit.

“-----------Luar biasa.”

Setelah itu, ia menunjukkannya kepada semua orang yang ada di ruangan itu.

“Inilah hasil dari jiwa Natsumi. Dengan ini, senjata kita akhirnya telah lengkap. ----Semuanya, pertarungan ini, kita pasti akan meraih kemenangan!”

Mendengar perkataan Kotori,

“Ooh!”


Shidou dan yang lainnya mengacungkan kepalan tangan mereka sebagai jawaban mereka.

0 comments:

Post a Comment