Bab 04: Ada Deadline Jika Kau Menyerah (Bagian 02)

Dan seperti itulah, pertarungan Shidou dan yang lainnya baru saja dimulai.

Setelah alur ceritanya telah diputuskan oleh semua orang, Shidou dan para roh lainnya mulai membagikan tugas mereka menjadi Tim Menggambar dan Tim Spesial.

Yang pertama, untuk Tim Menggambar, Natsumi bertugas untuk mengerjakan sebagian besar dari gambar, menggambar sketsa kasar untuk outline dan draft untuk sampul.

Walaupun mereka ingin membantu lebih banyak lagi supaya bisa meringankan beban Natsumi, tetapi untuk menjaga konsistensi antara cerita dan gaya gambar-nya, tugas ini harus dikerjakan oleh Natsumi seorang.

Sementara Shidou dan yang lainnya senggang, mereka menonton sebuah vidio yang menerangkan penjelasan sederhana mengenai proses pembuatan komik. Kemudian mereka pun berlatih menggambar sketsa di atas kertas sebagai persiapan sebelum mereka membantu dalam pembuatan komiknya.

Ketika semuanya telah selesai, waktu telah menunjukkan pukul 02:00 pagi pada tanggal 30 Desember.
Meskipun normalnya semua orang harusnya telah tertidur dan melanjutkan kembali pekerjaan menggambar mereka esok hari, Natsumi tetap bersikeras ingin melanjutkan pekerjaannya. Merekapun memutuskan untuk kerja lembur dan tidur secara bergantian untuk memaksimalkan efisiensi kerja mereka.

Ketika Natsumi menggambar draft-nya, ia membingkai ilustrasi-nya dengan menggunakan penggaris dan sebuah pena. Kemudian, ia menggambarkan balon percakapannya. Ketika semua itu selesai, pekerjaan yang sesungguhnya baru saja dimulai. Semua orang akan menggambar ulang sketsa kasar dari semua karakter yang telah Natsumi gambar dengan menggunakan pensil.
Akan tetapi,

“……………….Uwaah! Aku menggambar melewati bingkai nya!”

“Ku…………..Air mata hitam pekat telah terjatuh ke atas tanah suci yang bersih!?”

“Gangguan. Tintanya malah menempel di bawah penggarisnya.”

“……………Tidak masalah. Ini masih bisa diperbaiki.”

Walalupun Shidou dan yang lainnya sudah pernah menggambar sebuah ilustrasi sebelumnya, mereka tetaplah amatiran. Jadi, tidak mungkin mereka dapat menggambar manuscript-nya dengan rapih di awal-awal.

Meskipun dengan konsentrasi yang cukup dan kemampuan beradaptasi, mereka menatap kebagian kosong di atas draft dan menggerakkan pena mereka dengan penuh kehati-hatian. Entah bagaimana, mereak dapat menggambar garis dengan baik di atas draft-nya………….Sementara di pertengahan, 
Kaguya dan Yuzuru telah mengganti jenis pena mereka dari Mili-pen kepada Superfine Marker untuk menintai bagian kecilnya.

Dan setelah penintaan selesai, mereka menghapuskan gambar pensilnya dengan rajinnya. Kemudian, mereka merubah semua gambar itu menjadi bentuk data dengan menggunakan sebuah scanner dan mengirimkannya kepada Tim Asisten yang dipimpin oleh Nakatsugawa.

Walaupun itu bisa dikatakan jika mereka terlalu terburu-buru dalam mengerjakannya, hanya dengan jumlah orang yang sedikit, mereka tidak akan bisa menyelesaikan buku komiknya hanya dalam waktu 2 hari.

Akan tetapi, itu bukan berarti bahwa Shidou dan yang lainnya bisa mendadak meningkatkan kemampuan menggambar mereka. Menintai sketsa kasar buatan Natsumi menggunakan pena memang jauh lebih berat daripada yang mereka pikir sebelumnya.

“………………….”

“………………….”

“………………….”

Di dalam ruangan yang luas, terdapat suara guratan pena yang digerakkan bergema. Walaupun mereka memainkan beberapa CD sebagai musik latar belakang selagi bekerja, tapi hampir tidak ada efeknya sama sekali terhadap orang-orang yang hatinya harusnya dapat disembuhkan oleh musik tersebut.
-------------Setelah beberapa waktu telah berlalu semenjak mereka mulai bekerja.

“Hai, semuanya! Bagaimana kemajuan pekerjaan kalian?”

Mendadak, pintu ruangannya terbuka. Itu Kotori, yang tengah membawa beberapa kantung plastik di 
kedua tangannya.

“…………….Aah, Kotori. Yah, sepertinya sih.”

“……………Entah kenapa, kau jadi terlihat lebih tua walaupun hanya beberapa jam berlalu semenjak terakhir kali kita bertemu.”

Kotori mengatakan itu sambil berkeringat dingin. Ia meneruh semua kantung plastik itu di atas meja dan berkata.

“Penyegar. Aku akan menaruhnya disini, silahkan diminum kalau kalian istirahat nanti.”

“Kaka……………….Sebuah persembahan, ya? Sungguh dedikasi yang mengagumkan, Kotori.”

“Berterimakasih. Terimakasih banyak Kotori.”

“…………………”

Yamai bersaudari mengucapkan terimakasih, Origami terus terdiam sembari melambaikan tangannya. Pada saat itu, “Uuh………..” suara semacam itu dapat terdengar. Mungkin, Natsumi tengah menjawab ucapan Kotori.

 Lalu, karena Kotori telah mendapatkan respon dari semua orang, ia berjalan menuju meja Shidou.

“………………Shidou, bisa kita bicara sebentar?”

“Ng? Ada apa?”

“Ini mengenai Nia, jadi—“

“…………….! Apa sesuatu telah terjadi!?”

Ketika Shidou bertanya, Kotori mengangguk. Kemudian, sekali lagi, Kotori berkata kepada semuanya.

“Maaf, semuanya. Aku akan meminjam Shidou sebentar. Dia akan bekerja dua kali lebih cepat saat dia kembali nanti.”

“Hey!?”

Shidou mengutarakan protes-nya, tetapi Kotori tidak menanggapinya. Iapun menggenggam lengan baju Shidou lalu menariknya kedepan.

“H-Hey……………”

Shidou, selagi diseret oleh Kotori, tengah berjalan keluar dari ruanagn itu layaknya anjing yang tengah dituntun.

Setelah mereka meninggalkan mansion, Shidou merendahkan tatapan matanya karena sinar matahari yang terik.

“Ukh……………Jadi sudah siang, ya? Ini buruk, berapa banyak lagi waktu yang tersisa?”

“Meskipun manuscript-nya juga penting, tapi sekarang ini masuk saja kedalam mobilnya.”

Berkata demikian, Kotori menunjuk ke arah mobil yang terparkir tepat di depan mansion.
Shidou duduk di kursi belakang seperti yang diinstruksikan oleh Kotori. Mobilnya pun segera berangkat, berjalan menyusuri jalan.

“Lalu……………”

Shidou menatap pertokoan dan perumahan di jalanan di luar jendela selagi ia bertanya pada Kotori.

“Apa kalian menemukan sesuatu tentang Nia?”

“Ya. ----------Sebenarnya, kami telah menghubungi seseorang yang merupakan komikus kenalan Nia.”

“B-Benarkah? Lalu, kalau kita bertanya kepada orang itu—“

“Ya. Kita mungkin dapat menemukan sesuatu mengenai masa lalu Nia.”

Kotori berkata demikian sembari menatap Shidou. Shidou menelan ludahnha sendiri.
Setelah 20 menit telah berlalu, mobil yang tengah membawa Shidou dan Kotori berhenti tepat di depan sebuah café.

“------------Disini. Tolong turun. Reine sudah berbicara dengan orang itu.”

“A-Aah.”

Shidou turun dari mobil tersebut. Dengan agak gugup, Shidou berjalan menuju café.
Mereka melihat sekeliling bagian dalam café---------Kemudian mereka mendengar seseorang memanggil nama Shidou sembari melambaikan tangannya sedikit.

“Hai, Reine-san.”

“Maaf telah membuatmu menunggu.”

“…………….Aah, jadi kalian sudah sampai, Shin, Kotori.”

Reine berbicara dengan nada mengantuk yang sama dengan Shidou saat ini yang juga sedang mengantuk karena kerja lembur semalam suntuk.  Kemudian, Reine mengenalkan mereka kepada sesoernag yang tengah duduk di depan mereka.

“…………….Biarkan aku mengenalkannya. Dia adalah seorang komikus. Namanya adalah Takajou Hiroki.”

“Ah, senang berjumpa dengan—“

Shidou membungkuk kepadanya, -----Tapi sesaat kemudian, ia menghentikan gerakan tubuhnya.
Tadinya ia berpikir jika Takajou Hiroki adalah nama untuk seorang pria. Akan tetapi, di depan Shidou saat ini, terdapat seorang wanita mengenakan kaca mata tebal dan nampaknya umurnya 20 tahun lebih.
Kemudian, Shidou mengingat kembali sesuatu yang berhubungan dengan kejadian minggu lalu. Nia sendiri telah mengatakan jika ada seorang komikus wanita lainnya yang juga menggunakan nama pria sebagai nama pena sama seperti dirinya.

“Perkenalkan. Namaku adalah Itsuka Shidou.”

“Sama, namaku adalah Kotori. Terimakasih banyak karena telah bersedia datang kemari hari ini.”

“Ooh, terimakasih banyak atas kesopanan kalian.”

Merespon sapaan Shidou dan Kotori, Takajou berkata demikian sembari meletakkan tangannya di atas meja sambil membungkuk balik kepada mereka.
Kemudian, iapun menengadah untuk melihat Shidou dan Kotori.

“………………Kalau begitu, hari ini kalian ingin menanyakan sesuatu mengenai Honjou-sensei, kan?”

“Ah---Ya. Itu benar. Apa saja boleh, bisakah kau ceritakan semua yang kau tahu?”

Ketika Shidou bertanya demikian, Takajou membetulkan posisi kaca matanya dan lensa-nya mulai bersinar.

“Walaupun aku tidak merasa keberatan……………Tapi hubungan macam apa yang kalian miliki dengan Honjou-sensei?”

“Eh?”

“Tidak, tolong maafkan aku. Tetapi karir kami saat ini tengah berada di atas puncak popularitas. Aku tidak akan membocorkan infromasi apapun kepada orang yang tidak ada sangkut pautnya.”

“Aku mengerti…………..”

Mungkin percakapan ini tidak akan bertahan lama. Akan tetapi, Shidou tidak dapat memikirkan penjelasan bagus macam apapun dengan segera. Ia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan pada saat itu.

Kemudian dari sebelahnya, Kotori angkat bicara.

“-------------Sebenarnya, kak Nia adalah kerabat jauh kami, tapi kami tidak bisa menghubunginya selama beberapa tahun terakhir…………Jadi kami pergi mencaritahu dengan bertanya kepada beragam orang mengenai situasinya.”

Kemudian, Kotori menjelaskan dengan sangat hati-hati. Mungkin ia telah mengira sebelumnya kalau keadaan seperti ini akan muncul? Atau itu cuma karangan yang muncul secara tiba-tiba? Tidak perduli yang manapun, Kotori mengatakannya dengan sangat meyakinkan tanpa merubah ekspresinya. Shidou merasakan jika Kotori memiliki bakat alami sebagai seorang penipu.

“Fumu, aku paham.”

Takajou bergumam sedikit sebelum akhirnya mengangguk. Nampaknya, Takajou mempercayai Kotori karena ia barusan menyebutkan nama aslinya [Nia], yang belum pernah dipublikasikan kepada public sebelumnya.

“Aku memahami keadaan kalian. Aku juga mengkhawatirkan Honjou-sensei. Aku akan bekerja sama dengan kalian selama itu masih dalam batas kemampuanku.”

“Benarkah? Terimakasih banyak………….!”

Shidou menaruh kedua tangannya di depannya, lalu membungkukkan badannya untuk membungkuk kembali kepadanya.

Akan tetapi---------Takajou menggaruk pipinya sedikit.

“Tapi…………….Aku tidak tahu seberapa jauh aku bisa berguna.”

“Apa maksudmu………?”

“Tidak, sebenarnya, aku juga belum pernah bertemu lagi dengan Honjou-sensei beberapa tahun belakangan ini. Selain itu…………..Entah mengapa nampaknya Honjou-sensei sendiri juga membenci diriku.”

“Eh? Apa maksudmu?”

Shidou bertanya, Takajou menggelengkan kepalanya selagi ia melanjutkan.

“Tidak………………Sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu, kami bertemu dalam acara pesta yang diadakan oleh penerbit dan menjadi teman………Tapi suatu hari, anehnya sikapnya menjadi dingin terhadapku dan mulai menjaga jarak denganku…………Tadinya kupikir, kita telah menjadi teman baik sebagai sesama komikus, tapi……………Nampaknya kelalaianku telah membuatku melakukan sesuatu yang menyinggungnya tanpa kusadari.”

“Itu………………..”

Begitu mendengar penjelasan tersebut, Shidou mengernyitkan alisnya. Disebelahnya, Kotori juga membuat ekspresi yang sama seolah menyadari sesuatu.
Mungkin apa yang muncul di benak Kotori juga------Mengenai keberadaan Angel <Raziel>.

“Ada apa?”

Merasakan jika reaksi Shidou dan Kotori itu aneh, Takajou memiringkan kepalanya.

“T-Tidak, tidak ada apa-apa.”

“Fumu…………..Begitukah? --------Ngomong-ngomong, seperti itulah. Meskipun aku bisa memberitahu kalian apa yang kuketahui, aku tidak yakin apakah itu bisa berguna atau tidak.”

“Ya, tolong beritahu kami.”

Shidou berkata demikian sembari mengangguk, Takajou menjawab dengan menggeleng balik. Kemudian, ia melanjutkan.

-----------------Sekitar 40 menit kemudian,

Shidou dan Kotori berterimakasih kepada Takajou lalu meninggalkan café. Mereka kembali kedalam mobil yang sama yang tadi telah membawa mereka kemari. Selagi mobilnya berjalan, mereka berdua menatap keluar untuk melihat pemandangan di luar jendela.

Dari pembicaraan mereka dengan Takajou, Nia memiliki kepribadian yang ramah yang membuatnya selalu dapat berteman dan berbicara dengan siapapun.

Akan tetapi, Nia tidak suka membicarakan mengenai dirinya sebelum dia menjadi seorang komikus. Terutama, ketika ia ditanyai mengenai hubungan masa lalunya dengan teman-temannya. Nia selalu berusaha sebaik mungkin untuk mengalihkan pembicaran seperti itu.

Dan bahkan ketika seseorang seperti Takajou muncul, yang kelihatannya bisa akrab dengan dirinya, Nia malah berbalik menjaga jarak dengannya.

“………………Bagaimana menurutmu Kotori?”

“Kelihatannya------“

Merespon Shidou, Kotori menggerakkan bibirnya.

“Tidak salah lagi kalau itu ada hubungannya dengan keberadaan <Raziel>…………..Kalau dipikir baik-baik, itu tidaklah aneh. Jika kau memiliki sebuah Angel yang dapat mengetahui segalanya yang ada di dunia ini, semua orang pasti ingin menginvestigasi orang-orang disekitarnya, kan?”

“Tapi……………..Tetap saja.”

“Ya. Mungkin, itulah alasan mengapa Nia tidak bisa mempercayai manusia. ---Tapi begitulah. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat berperilaku layaknya malaikat setiap siang dan malam. Semua orang setidaknya pernah membicarakan keburukan seseorang dibelakang punggung orang yang bersangkutan. Dengan <Raziel>, wajar saja jika ia jadi merasa jijik terhadap manusia.”

Kotori menggaruk kepalanya.

“………………Ternyata akar permasalahannya lumayan dalam. Waktu aku mendengar jika ia hanya bisa mencintai karakter 2D, kupikir itu cuma semacam lelucon saja, tapi………….Intinya, ia tidak akan membukakan hatinya supaya tidak ada seorangpun yang akan bisa mengkhianatinya, kan? Bukankah ini………..Sungguh menyedihkan?”

“………………….”

Begitu mendengar ucapan Kotori, Shidou terdiam untuk sesaat.
Mungkin benar yang dikatakan oleh Kotori. Mungkin itulah alasannya. Alasan mengapa Nia tidak pernah membicarakan tentang hubungan masa lalunya dengan teman-temannya…………Alasan mengapa ia menenggelamkan dirinya sendiri kedalam dunia 2D.

Akan tetapi, masih ada satu hal lagi yang terasa janggal. Mengenai Nia, yang mendadak berperilaku dingin dan menjaga jarak dengan Takajou……….Pemikiran semacam itu terus mengganjal di benak Shidou.

“……………….Shidou?”

“Eh? Aah…………..”

Shidou menjawabnya, selagi Kotori menatapnya dengan pandangan tidak puas.

“Aku mengerti kalau kau mengantuk karena kau bekerja semalaman, tapi ini hal yang penting. Kau tidak boleh melamun seperti itu.”

“Aah…………..Maaf.”

Shidou merespon balik dengan jawaban singkat. Begitu melihat kehidupan Nia yang sulit, Shidou mengepalkan tangannya.

“Pokoknya, untuk saat ini, ayo kita selesaikan doujin-nya. Tidak perduli apa yang kita lakukan, kita harus membuat tempat dimana kita bisa berbicara dengan Nia sekali lagi dan bernegosiasi dengannya.”

Ketika Shidou berkata demikian, Kotori menunjukkan ekspresi terkejut selagi mengangguk balik kepada Shidou.

0 comments:

Post a Comment