“………………….Semuanya sudah berkumpul, kan? Kurasa aku sudah
menjelaskan pada kalian semua keseluruhan ceritanya…………Nampaknya kita sedang
menghadapi kesulitan yang berat.”
Kotori menempatkan sikunya di atas meja bundar yang besar.
Ia berbicara dengan wajah yang nampak
rumit.
Tapi itu wajar saja. Lagipula, ini bukan kali pertamanya
gadis dengan kepribadian unik muncul. Akan tetapi, taktik mereka telah gagal
dua kali.
“2D……………..Artinya dia hanya akan mencintai sesuatu seperti
karakter komik?”
Seorang gadis yang tengah duduk tepat di samping Kotori, ia
memiliki gaya rambut pendek yang nampak tomboy, serta wajah yang terlihat mirip
dengan boneka. Ia bertanya dengan nada
tidak percaya. Dia adalah seorang roh yang kekuatannya baru disegel oleh Shidou
akhir-akhir ini: Tobiichi Origami.
Tidak hanya Origami saja. Saat ini di dalam fasilitas bawah
tanah <Ratatoskr>, bersama dengan anggota <Fraxinus> yang lain dan
juga Shidou, semua roh yang telah disegel oleh Shidou berkumpul di sana: Tohka,
Yoshino, Natsumi dan Yamai bersaudari.
Walaupun sebenarnya Kotori tidak ingn melibatkan gadis
lainnya dalam penangkapan roh yang baru, tetapi……………Begitu menghadapi seorang
roh yang tipenya belum pernah mereka tangani sebelumya, Kotori berakhir dengan
meminta saran dari yang lainnya juga.
Kotori juga sama seperti semua roh lainnya yang ada di sini.
Kekuatannya juga telah disegel oleh Shidou. Kotori pikir mereka dapat
memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang mereka bagi.
“Mungkin……………”
Kotori menjawab Origami dengan wajah pucat, lalu kemudian
seorang gadis tinggi yang tengah duduk di sebelah kanan melontarkan
komentarnya.
“Ah~, aku paham~. Aku juga punya seorang teman sesama idola
yang mirip seperti Nia.”
Miku, seorang gadis yang memiliki rambut panjang berwarna
indigo, mengangkat jari telunjuknya
sembari berkata demikian.
--------------Gadis ini juga sama, seorang roh. Ia adalah
seorang idola nasional yang kepopulerannya tengah menanjak: Izayoi Miku.
Meskipun ia tidak memiliki waktu luang bahkan setelah ia menyelesaikan
pekerjaannya, tapi ia tetap datang setelah Kotori menghubunginya.
“Cinta pertamaku adalah Sieg-sama~, itulah yang ia katakan.
Ah, ngomong-ngomong Sieg-sama adalah salah satu karakter anime. Tapi itu semua
cuma image buatan. Supaya dia bisa menjadi dekat dengan para fans-nya, ia
memilih untuk memiliki hobi yang sama dengan para fans-nya. Yaah, sebenarnya
gadis itu sudah punya pacar, sih~”
Berkata demikian, Mikupun tertawa “Ahaha”.
“…………………Tidak apa jika Nia sama seperti idola itu…………….Tapi
kalau dilihat dari nilainya,
kurasa ia tidak berbohong.”
Kotori mengatakan itu dengan wajah lesu, Miku berkata “Ya
ampun” dengan mata terbelalak.
Sementara di sisi lain, Kaguya berkata “Muu”.
“Fun, jadi Honjou Souji sebenarnya seorang wanita…………….Dia
telah sukses menipu penglihatanku.”
“Ah, jadi Kaguya juga mengetahui dia?”
Menjawab pertanyaan Shidou, Kaguya mengangguk.
“Tentu saja. Bahkan anak-anak badai seperti kami memiliki
ketertarikan dalam hal seperti ini.”
“Informasi. Kaguya lebih banyak memilih untuk membaca komik
Shounen, tapi dia juga membeli komik porno dengan menyembunyikannya diantara
komik pertarungan dan komik olah raga.”
“Tunggu sebentar Yuzuru!”
Yuzuru berbicara seolah tengah berbisik karena tangan Kaguya
menutupi mulutnya. Wajah Kaguya memerah selagi ia berteriak.
“Jangan mengatakan hal yang tidak penting!? Ngomong-ngomong,
kau juga sama saja! Bukankah komik Shoujo yang sering Yuzuru baca memiliki
lebih banyak adegan porno nya!?”
“Pertanyaan. Bisakah kau jelaskan adegan porno yang seperti
apa? Tolong jelaskan semuanya beserta contoh detailnya.”
“I-Itu…………..Seorang pria dan wanita di atas kasur…………..”
“Pengulangan. Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
Tolong katakan sekali lagi.”
“U-Ugu…………Muu…………….”
Wajah Kaguya semakin memerah sementara ia membuat wajah yang
nampak frustasi.
Begiru melihat aksi kedua gadis itu, Kotori menepukkan
tangannya.
“Sudah-sudah. Walaupun bagus kalau kalian akur begitu, tapi
ayo lanjutkan lagi nanti. ---------Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana
cara menangkap Nia.”
Begitu Kotori berkata demikian, semua orang menatap ke arah
meja bundar dan sibuk berpikir.
Beberapa saat kemudian, Yoshino mengangkat tangannya secara
perlahan.
“Uhm……………Apa boleh aku ikut bicara?”
“Ya, tentu saja.”
“Itu………….Mungkin, cara supaya bisa akrab dengan Nia-san
adalah dengan memberinya lebih banyak waktu, itulah yang kupikir. Jika kita
menghadapinya dengan cara yang tepat, kupikir Nia-san akan dapat mengerti niat
baiknya Shidou-san.”
“Yoshino………….”
Setelah Shidou berkata begitu, wajah Yoshino memerah.
Kotoripun mengerang “Muu”, sembari memegangi dagunya.
“Mungkin………….Itulah cara yang paling tepat. Meskipun ia
hanya mencintai mahluk 2D, jika kita terus mendekatinya dengan penuh ketulusan,
potensi kalau Nia akan membuka hatinya bukanlah mustahil.”
“Lalu, rencananya berubah kepada pendekatan jarak panjang?”
Shidou bertanya sebagai respon atas perkataan Kotori.
“Kemungkinan terburuk adalah jika memang tidak ada cara lain
untuk melakukannya………….Pada akhirnya itulah satu-satunya cara yang tersisa.
Sementara kita harus melakukannya dengan penuh kehati-hatian, jika DEM sampai
mencium keberadaannya, maka tidak ada jaminan jika Nia akan aman. Jadi kita
juga tidak bisa melakukannya terlalu lambat.”
“M-Maaf………..”
Setelah Kotori berkata demikian, Yoshino membungkuk untuk
meminta maaf. Kotori meggelengkan kepalanya.
“Tidak perlu meminta maaf. Sejujurnya, aku juga ingin
menggunakan cara itu………..Jika Nia memperhatikan baik-baik, kurasa dia akan
menyadari jika Shidou jauh lebih baik daripada semua karakter komik itu.”
Kotori berkata demikian sembari mengalihkan pandangannya
sedikit, iapun memutar-mutar stik Chupa-Chups-nya. Entah mengapa setelah
mendengar itu, wajah Shidou agak memerah.
Lalu, selanjutnya, Tohka, yang tadinya memiringkan kepalanya
sambil melipat tangannya, menoleh ke arah Shidou.
“Hey, Shidou. Kenapa Nia hanya bisa mencintai 2D?”
“Eh? Uhm……..Itu………..”
Walaupun Tohka hanya melontarkan pertanyaan sederhana,
tetapi Shidou tak dapat menjawabnya.
Tentunya, itulah akar permasalahannya. Kenapa Nia tidak bisa
membuka hatinya pada yang lain selain 2D…………Disisi lain, ia tidak bisa
mencintai mausia 3D.
Kotori juga memikirkan pertanyaan yang sama. Sementara
memegangi dagunya, iapun berkata.
“Aku juga sedikit penasaran………..Aku akan melakukan beberapa
investigasi.”
“Eh? Investigasi?”
“Entah bagaimana, 10 tahun yang lalu Nia pastilah sudah
menjadi komikus. Lalu, entah dia adalah manusia sungguhan atau roh asli, ia
pasti telah meninggalkan beberapa jejak kehidupannya di dunia ini. Itu akan
menjadi petunjuk kita.”
“Aku mengerti……….”
Shidou melipat tangannya sembari berkata demikian. Ada
benarnya juga apa yang dikatakan oleh Kotori.
“Walau………..Itu tidak seperti kita akan selalu dapat
menemukan sesuatu. Ngomong-ngomong, kita harus memikirkan suatu rencana
khusus.”
Setelah itu, seseorang merespon perkataan Kotori, Natsumi
yang tengah duduk tepat di samping Yoshino berkata dengan suara kecil.
“……………..Kalau begitu, bukankah lebih baik jika kita
mengikuti saja keinginan orang yang bersangkutan? Bukankah itu permasalahan
utamanya?”
“Meskipun memang benar begitu………..Baik taktik cosplay dan
taktik game berakhir dengan kegagalan, kau tahu? Walaupun taktik menyamar
sebagai perempuan pernah berhasil pada seseorang sebelumnya……..”
Sementara berkata begitu, Kotori menatap Miku. Setelah Miku
menyadari tatapannya, ia mentarkan seuah kecupan kepada Kotori. Kotori langsung
tersedak melihatnya dan mengalihkan pandangannya.
“……………….Walau itu Shidou, ia tidak bisa melewati batas dimensi.
Atau mungkin, kita harus menggunakan road roller atau semacamnya untuk
meratakan Shidou?”
“H-Hey…………..”
Sementara Shidou berkeringat dingin, Natsumi mengacungkan
jarinya untuk merespon perkataan Kotori.
“……………..Uhm, bagaimana kalau aku menggunakan <Haniel>
ku untuk merubah bentuk Shidou buku komik…………”
“Bukankah ide untuk melakukan pendekatan dengan menjadi 2D
sudah menggelikan sejak awal!?”
Shidou mengatakan itu sembari berkeringat dingin, Natsumi
menggembungkan pipinya.
“………………B-Bukankah sudah jelas jika aku hanya bercanda. Maaf.
Walau aku memang bukan tipe yang ahli dalam hal bercanda…………Aku tahu. Aku akan
tetap diam saja. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi…………”
Perlahan Natsui terjatuh dari kursinya karena merasa
depresi. Shidou berkata di tengah kebingungan.
“T-Tidak, bukan begitu yang kumaksud…………..Maaf.”
“Mu~……………….”
“N-Natsumi-san…………….”
Tetapi, Yoshino yag tengah duduk di samping Natsumi,
mengulurkan tangannya dan menarik kembali Natsumi ke kursinya.
“------------Aku mengerti.”
Origami, yang sedari tadi tengah sibuk berpikir, mendadak
saja angkat bicara.
“? Ada apa Origami? Apa kau mendapat suatu ide?”
Kotori bertanya, Origami mengangguk.
Lalu kemudian, Origami mengatakan sesuatu yang tak terduga.
“Rencana Natsumi mungkin akan berhasil. Mengenai Shidou yang
berubah menjadi sebuah buku.”
Mata Shidou terbelalak begitu mendengar perkataan Origami.
“Eh?T-Tunggu dulu. Meskipun Nia mengatakan jika ia tidak
bisa mencintai siapapun selain 2D, tapi itu artinya mengarah kepada karakter
komik, bukan buku komiknya itu sendiri, kau tahu? Walaupun aku berubah menjadi
sebuah buku………..”
Shidou mengatakannya dengan wajah kebingungan, sementara di
sisi lain, Natsumi terus menatapnya.
“……………….Ah, jadi kau mendengarkan kalau Origami yang
berbicara…………..Tentu saja begitu. Itu semua jelas karena kualitas otakku
berbeda dengan milik Origami. Kekuatan persuasive dari kata-katanya juga jelas
akan berbeda pula. Tidak heran. Karena itu memang sudah jelas…………”
“B-Bukan begitu…………”
Melihat ke arah Natsumi, yang langsung merasakan depresi
lagi, Shidou kesulitan untuk memberikan penjelasan kepadanya.
Tetapi, seolah tidak memperdulikannya, Origami terus
melanjutkan.
“Bukan itu maksudku. Aku tidak mengatakan untuk merubah
Shidou menjadi sebuah buku. Malahan, aku mengusulkan untuk membuat sebuah komik
dengan [Shidou] sebagai tokoh utamanya.”
“Apa………….!?”
Begitu mendengar usul dari Origami, semua orang yang tengah
duduk di dalam ruang pertemuan langsung angkat bicara di saat yang bersamaan.
Hanya Tohka, yang tidak bereaksi untuk sesaat, kemudian iapun berkata “Apa……!?”
seolah untuk menyelaraskan dengan reaksi yang lainnya.
“Aku paham………..”
Kotori menaruh telapak tangannya di depan mulutnya sembari
menunjukkan ekspresi wajah serius.
“Sebuah komik di mana Shidou yang menjadi tokoh utamanya……….Ya?
Memang benar kalau yang seperti itu masih bisa disebut karakter 2D juga.”
“H-Hey, hey. Tunggu sebentar. Walaupun itu bisa efektif
untuk sementara, tetapi diriku yang ada di dalam komik pastinya akan berbeda
dengan diriku yang ada di kehidupan nyata, kan? Bukankah pada akhirnya hasilnya
akan sama saja………..?”
Shidou merespon dengan wajah lesu.
Benar. Hanya dengan melihat contoh hari ini saja mereka
sudah mengetahui dengan jelas kalau Nia sangatlah tegas dalam hal penampilan
karakter favoritnya.
Jika Nia berkata “Shidou tidak akan melakukan hal seperti
ini!” atau semacamnya, maka itu akan menjadi krisis identitas bagi Shidou.
Tetapi, seolah menyanggah pernyataan Shidou, Yamai
bersaudari mengutarakan pendapat mereka.
“Fufufu, kalau begitu, supaya tidak menyimpang dari
kenyataannya, bukankah lebih baik menggambar sesuatu yang nyata saja?
---------Untungnya, ada segunung materi di sekitar Shidou yang bisa dijadikan
komik.”
“Persetujuan. Jika kita menggambarkan Shidou seperti itu,
maka itu tidak akan sama dengan menipu Nia menggunakan game waktu itu. Seperti
yang sudah diduga dari Master Origami. Itu ide brilian.”
“T-Tidak, meski begitu, Nia juga pasti punya kriteria-nya
sendiri, kan? Yang lebih penting lagi adalah apakah Nia mau membacanya atau
tidak, dan apakah ia akan menyukai karakter yang ada di dalam komik atau
tidak………..”
“I-Itu tidak masalah………..!”
Menjawab Shidou, seorang gadis yang memiliki tinggi yang
sama dengan Natsumi dan berwajah lembut, Yoshino angkat bicara.
“Y-Yoshino……………..?”
Mata Shidou terbelalak begitu mendengar pernyataan tegas
Yoshino, yang terdengar berbeda dari biasanya. Tapi wajah Yoshino menjadi
memerah. Ia memegangi tangan kanannya dengan erat dan berkata.
“Shidou-san telah menyelamatkan kita semua……………..Kalu kita
menggambar apa yang Shidou-san lakukan hingga saat ini secara nyata, Nia-san
akan menyukai Shidou-san juga……..Aku yakin………….!”
“U-Uhm……………..”
Begitu mendengar Yoshino, yang normalnya tidak akan pernah
berbicara dengan nada tegas seperti itu, entah mengapa membuat Shidou merasa
luar biasa malu. Secara ragu-ragu Shidou berbisik dengan nada tergagap.
Setelah itu, semua kru dan para roh mengutarakan persetujuan
mereka terhadap rencana tersebut.
“Dokumentari Shidou-kun, ya? Kalau seperti itu, mungkin akan
berhasil………..”
“Tapi, itu juga artinya kita akan menggambar mengenai roh
juga, kan? Apa itu tidak masalah?”
“Apa? Bukankah hanya Nia yang akan membacanya, meskipun itu
bocor ke pihak luar, semua orang pasti akan berpikir jika itu hanyalah cerita
fiktif berlaka.”
“Ooh……………Jadi Shidou akan menjadi sebuah komik? Itu hebat!
Aku juga ingin membantu!”
“Kukuku…………….Nampaknya ini waktunya bagi kami Yamai
bersaudari untuk meminjamkan kekuatan kami.”
“Persetujuan. Pada kontes ke-39, pertarungan membuat
ilustrasi, naskah kami mendapatkan publikasi dengan judul [Ilustrasi Unik Dari
Kembar!], dan kami berakhir dengan seri lagi.”
“………………..Kalian berdua benar-benar melakukan segalanya……………”
“H-Hey~…………….”
Shidou angkat bicara dengan tegang, tetapi semua orang
nampaknya tidak mendengarkan sama sekali.
Kotori mengepalkan tangannya dan memukul meja untuk
menenangkan semua orang.
“-------------Kalau begitu, ayo kita voting. Siapa yang
setuju dengan proyek untuk membuat komik
tentang Shidou?”
“Ya!”
Merespon pertanyaan Kotori, semua orang mengangkat tangan
mereka terkecuali Shidou.
“………………”
Semua orang menatap ke arah Shidou.
“Ukh………….”
Shidou menghela napas, iapun perlahan mengangkat tangannya
juga. Semua orang berkata “Waah” kegirangan.
“Baiklah! Semuanya sudah setuju! Ayo segera kerjakan plot-nya—“
Kemudian,
Pada saat Kotori hampir menyelesikan kalimatnya, console
yang terpasang di dalam runag pertemuan mulai mengeluarkan suara *Pipipipipi*.
“Eh…………..? Suara apa itu, Kotori?”
Begitu Shidou bertanya, Kotori mengernyitkan alisnya lalu
menatap ke arah console.
“Telepon. Tapi, sambungannya berasal dari luar…………? Aku
tidak mengenali nomernya, sih………..”
Kotori menekan tombol call sembari berkata demikian.
Setelah itu, suara seorang gadis yang familiar dapat
terdengar dari speaker di dalam ruang pertemuan.
“—Hey. Kamu lumayan licik juga ya, bocah.”
“Apa…………….”
Begitu mendengar suara itu, wajah semua orang berubah pucat
karena terkejut, dimulai dahulu dari Shidou.
“N-Nia………..?”
Benar. Suara yang terdengar dari speaker tidak salah lagi
adalah roh yang tengah menjadi topik utama diskusi di dalam ruang pertemuan.
“Sulit dipercaya! Sirkuit fasilitas bawah tanah ini sudah
dienkripsi, bagaimana bisa dengan mudahnya dia—“
Migimoto berteriak, tetapi berhenti di tengah-tengah.
Nampaknya ia telah menyadari sesuatu di tengah perkataannya.
Dengan Angel serba tahu <Raziel> yang Nia miliki, enkripsi apapun atau
security macam apapun tidak akan jadi penghalang baginya.
“Aku mengerti. Kau sudah mendengar segalanya…………….Kan?”
“Yaah begitulah~. Pada dasarnya aku benci spoiler, meskipun
aku tidak ingin menggunakan <Raziel> dengan cara seperti ini, aku hanya
tidak ingin kau bermain-main dengan Tokiya atau hati Otome-ku lagi.”
Dengan tawaan kosong, Nia berkata demikian. Begitu mendengar
nada suaranya, Shidou dan yang lainnya mulai berkeringat dingin.
Yang lain juga menyadarinya. Mereka mulai berbisik satu sama
lain.
“………………D-Dia marah, iya kan…………?”
“……………….Uhm………..Kelihatannya dia benar-benar marah.”
“Dia sungguh menyukai karakter Tokiya-san itu, ya~?”
Mungkin Nia tidak begitu memperhatikan semua bisikan
komentar itu……………Kemudian Nia melanjutkan perkataannya seolah menjawab mereka.
“…………….Yaah, walau itu bagus karena sepertinya kalian telah
merubah rencana kalian, tetapi rencana yang satu itu, tidakkah kalian pikir ada
lubang besar di dalamnya?”
“L-Lubang……?”
“Ya. Contohnya saja begitu komiknya selesai, kenapa kalian
bisa berasumsi jika aku akan membaca buku tersebut?”
“Apa……………”
Mata Shidou terbelalak…………..Memang benar jika ada
kemungkinan seperti itu.
Dalam kasus seorang penggemar komik seperti Nia, mungkin Nia
akan mau membacanya, tetapi………Mungkin itu bisa disebut kalau mereka hanya
mengandalkan kebaikan hati dari pihak lainnya.
“Bukankah begitu? Pekerjaanku itu super sibuk, jumlah buku
yang bisa kubaca itu terbatas, kau tahu? Sebenarnya, aku bahkan masih belum
membaca 10% dari semua buku komik yang kubeli hari ini. Ada banyak sekali
serial favoritku yang terbit ketika aku masih ditawan. Kenapa juga akau mau
membuang-buang waktu luangku dengan membaca komik yang digambar oleh para
amatiran yang memiliki motif tersembunyi seperti itu! Yaah………Kalau itu
sebelum-sebelumnya sih mungkin aku masih mau membacanya, tapi aku sedang berada
dalam mode marah saat ini. Aku bahkan dapat mengalahkan mahluk bernama Ashura.
Mana mungkin aku mau membaca buku dari kalian semua, yang telah merendahkan
Tokiya-ku!”
“M-Mustahil………”
Begitu mendengar ucapan Nia, Yoshino membuat ekspresi wajah
seolah ia ingin menangis.
“Baiklah, bye! Itu saja! Berhentilah melakukan hal yang
sia-sia!”
“—Tunggu sebentar.”
Akan tetapi ketika Nia hampir memutus teleponnya, Kotori
menaruh sikunya di atas meja dan menghentikannya.
“Uun…………? Aah, apa kau Kotori-chan? Kurasa ini pertama
kalinya kita berbicara langsung seperti ini. Hai, senang berkenalan denganmu.”
“Aku juga.”
Kotori menjawabnya, lalu melanjutkan ucapannya.
“--------------Baiklah, aku akan langsung saja ke pokok
permasalahannya. Dari cara bicaramu, kurasa seperti ini………Jika buku itu memang
pantas untuk dibaca, maka kau akan meluangkan waktu untuk membacanya, begitu
kan?”
“……………Um? Apa maksudmu?”
“Tolong dijawab saja. Jika komik yang kami buat bisa lebih
bagus daripada buatanmu dalam satu aspek, maka itu akan menjadi pantas untuk
dibaca, kan?”
Mendengar perkataan Kotori, Nia tertawa kencang.
“Ahaha! Yaah, kurasa begitu. Tapi, apakah isinya menarik
atau tidak tergantung pada orangnya masing-masing. Meskipun kau mengatakan jika
buku itu menarik, apa kau benar-benar berpikir kalau aku juga akan berpendapat
sama?”
“Kau memang benar soal itu……………Tapi jika itu masalahnya,
bukankah ada satu standar pasti yang bisa kita digunakan untuk menilainya?”
“Standar pasti………?”
Ketika Nia balik bertanya, Kotori menjawabnya dengan nada
sangat serius.
“Ya. -----------Itu adalah angka penjualan.”
“Apa………….!?”
Bukan hanya Nia yang sontak angkat bicara begitu mendengar
ucapan Kotori. Semua orang yang berada di dalam ruang pertemuan juga
mengarahkan pandangan mereka kepada Kotori di saat yang bersamaan.
“Fuun…………….Menarik juga. Apa kau serius ketika kau
mengatakan kalau kau bisa menang melawanku, Honjou Souji, dalam hal angka
penjualan?”
“Benar. Kalau kami menang, kau harus membaca buku kami
dengan patuh.”
Nia terdiam sejenak, kemudian berkata “Ahaha” selagi ia
tertawa kencang.
“Boleh juga. Mari kita lihat apakah kalian benar-benar bisa
menang.”
Setelah Nia berkata demikian, iapun memutuskan teleponnya.
Untuk beberapa saat, ruang pertemuan dilanda kesunyian.
“H-Hey, Kotori. Apa yang telah kau katakan……………? Lawan kita
adalah seorang komikus professional, kau tahu?”
“Kita tidak punya pilihan lain, kan? Itu semua karena dia
menyatakan dengan jelas jika ia tidak akan membaca bukunya.”
“Walaupun begitu…………..!”
Setelah Shidou berkata demikian dengan nada tinggi, Kotori
mengulurkan telapak tangannya untuk menghentikannya.
“Tenanglah. Itu tidak seperti aku tidak merencanakan
apapun.”
Ketika Kotori berkata demikian, iapun mengangkat stik Chupa
Chups-nya.
0 comments:
Post a Comment