“Ng~………………”
Nia tengah duduk-duduk di dalam toko hamburger, ia menarik
sedotan dari gelas jus kosong ke atas dan ke bawah.
Ia telah selesai memakan hamburger begitu juga dengan
kentangnya, dan karena perutnya sudah kenyang, harusnya mereka pergi dari toko
itu sekarang juga, tetapi………………20 menit telah berlalu semenjak Shidou pergi ke
toilet. Nia sudah merasa sangat lelah menunggunya walau hanya sebentar lagi.
“Ng~, bukannya aku tertarik untuk mengomentari keadaan fisik
orang lain, tapi ini agak terlalu lama~. Apa saat ini ia tengah membetulkan
makeup atau semacamnya?”
Berkata kepada dirinya sendiri, Nia mengadukkan sedotan di
tangannya seperti sebelumya,. -----------Kemudian ia mengingat sesuatu dengan
segera.
“Tidak…………….Aku paham. Mungkin saat ini ia sedang berdiskusi
dengan ruang kendali?”
Yah, kalau itu
masalahnya, maka Nia tidak bisa protes. Bagaimanapun, Nialah yang telah
melemparkan bom berbahaya kepada Shidou dan yang lainnya barusan.
“………………Tidak bagus. Sepertinya aku telah melakukan hal
buruk------“
Sejak awal, Nia sudah tahu jika ia tidak akan bisa mencintai
manusia sungguhan sama sekali. Melihat itu, Nia merasa bersalah atas
kelakuannya kepada Shidou.
Meskipun, apa yang dikatakannya barusan kepada Shidou
bukanlah kebohongan.
Sebenarnya, Nai tidak keberatan kehilangan kekuatan roh nya.
Jika memungkinkan, ia ingin agar kekuatannya dapat tersegel.
Maka dari itulah, ia merencanakan pertemuan dengan seorang
anak lelaki yang dapat menyegel kekuatan roh dengan cara membuat mereka jatuh
cinta padanya dan mencium mereka---------Shidou.
Mungkin jika itu Shidou, Nia mengira dirinya akan bisa
membuka hatinya kepada Shidou.
Akan tetapi, hasilnya tidak berubah sedikitpun.
Bukan berarti ia tidak menyukai Shidou atau semacamnya.
Malahan, ia sungguh berterimakasih pada Shidou karena telah membantunya kabur
dari pesawat DEM dengan menembaknya jatuh waktu itu, lagipula kencan hari ini
juga menyenangkan.
Tetapi…………….Itu tetap percuma. Nia tidak dapat membuka
dirinya pada orang lain.
“Tidak perduli seberapa baik orang itu, selama mereka
manusia 3D………….Aku tidak bisa menerima mereka.”
Nia menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Sesuai
dugaan, tidak ada cara lain.
Lalu, di sebelah sana, terdapat pertanda seseorang datang
dari arah belakang Nia. Nampaknya, Shidou telah kembali dari toilet.
“Aah, kau sudah kembali, bocah. Kalau begitu, ayo pergi—“
Kemudian,
Begitu Nia menoleh, sesaat, tubuhnya langsung membatu.
“Eh…………….?”
Yang berdiri di sana bukanlah orang yang ia kira sebelumnya.
Malahan, orang itu mengenakan mantel compang-camping di tubuhnya, dan dahi
serta tangannya dibalut oleh perban. Sebagai tambahan, terdapat sebuah pedang
menggantung di pinggangnya. Dia adalah pria yang gayanya nampak seperti
pengelana yang liar.
Ia memiliki rambut panjang dan terlihat kotor.
-----------Tidak salah lagi. Dia adalah…………..”
“T-Tokiya………..?”
Tercengang, Nia mengeluarkan suara dengan nada terkejut.
Itu benar. Seseorang yang tengah berdiri di hadapan Nia
adalah cinta pertamanya. Pria itu adaah Tokiya dari [CHRONICLE].
“……………………”
Shidou berdiri di hadapan Nia, seolah mencoba menghilangkan
rasa tegangnya. Ia kesulitan untuk membuat ekspresi wajah yang luar biasa
tenang.
Walau kenyataannya, hati Shidou berdetak sangat kencang
seolah itu akan meledak.
Itu benar. Pakaian Shidou saat ini adalah sesuatu yang tidak
akan kau lihat diluar acara semacam Anime Convention. Meskipun mereka tengah
berada di Akihabara, hal seperti masih nampak aneh. Semua pengunjung di toko
mulai melihat kearah Shidou karena penasaran.
Shidou menoleh ke arah Nia, ia menatap Shidou dengan
ekspresi tercengang.
“---------------Jangan menghalangiku, wanita.”
Dengan nada rendah, Shidou mencoba meniru Tokiya dari
[CHRONICLE] dengan cara berbicara seperti dia berdasarkan apa yang Shidou ingat
mengenai karakter itu.
Setelah itu, Shidou berjalan ke arah Nia lalu duduk di
sampingnya.
Bahu Nia bergetar, ia membetulkan posisi kacamatanya dan
menatap ke wajah Shidou.
“T-Tokiya……………..? Kenapa………………”
Kemudian, mata Nia terbelalak seolah baru saja menyadari
sesuatu.
“………………..Eh, bocah?”
“Apa yang kau bicarakan? Kau sama sekali tidak punya hak
untuk memanggilku bocah.”
“………………..!”
Shidou melontarkan tatapan dingin kepada Nia sembari berkata
demikian, Nia agak terkejut. Pipinya merona merah.
Beberapa saat kemudian, sebuah suara bordering dari income
di telinga Shidou.
“I-Ini…………….!”
“Ada apa?”
“Apa!? Nilai kepuasan Nia-chan meningkat!”
“Level ketertarikannya meningkat, meskipun hanya sedikit!”
“………………….”
Entah mengapa, rencananya berjalan dengan lancar. Shidou
merasa lega tanpa menunjukkan itu di wajahnya.
“Hoo~………………..Hee~……………….”
Niapun menatap Shidou dengan seksama dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki. Iapun mengangguk dan membuat pose seolah ia adalah
seorang kritikus seni yang tengah menatap ke arah sebuah lukisan.
“Menakjubkan…………….Bukankah kualitasnya sangat bagus? Itu
sungguh berbeda dengan kostum kualitas rendah. Hingga saat ini, aku telah
melihat beragam kostum Tokiya, tapi aku belum pernah melihat seseorang yang
mengenakan kualitas yang sebagus ini.”
Kemudian, Nia menarik lengan mantel tersebut dan memerah
karena kegirangan………..Sejujurnya, Shidou tidak yakin apakah Nia sebetulnya
merasa tertarik kepada dirinya atau hanya mengagumi kostumnya saja.
Walau, karena level ketertarikannya telah meningkat, Shidou
harus melanjutkan rencananya. Shidou membuang mukanya dan menepis tangan Nia
dari mantelnya.
“Kau menyebalkan, wanita.”
“Haa………………”
Shidou mengatakannya dengan kasar, Nia membungkuk sementara
wajahnya makin memerah.
“Level ketertarikannya meningkat lagi…………….!”
“Dengan level seperti ini…………Dia bisa melakukannya!”
Dari intercom, Shidou dapat mendengar teriakan keras dari
suara para anggota kru.
Shidou mencoba sebaik mungkin untuk berbicara semirip
mungkin dengan Tokiya…………..Entah bagaimana, hal itu berhasil menyentuh hati
Nia. Untuk beberapa alasan, Nia tidak bisa tenang. Nia mulai membetulkan
rambutnya yang berantakan.
Saat itu juga, dari intercom Shidou, suara alarm berdering.
“Shidou, sudah saatnya! Level ketertarikannya telah mencapai
zona aman untuk melakukan penyegelan! Jangan sampai kehilangan kesempatan ini!”
“…………………..!”
Tubuh Shidou membeku begitu mendengar perkataan Kotori.
Jangan kehilangan kesempatan----------Ini artinya, sekarang
adalah saat yang tepat untuk menciumnya.
Meskipun saat ini mereka tengah berada di tempat
umum…………..Jika Shidou kehilangan kesempatan bagus ini, ia tidak tahu kapan
kesempatan seperti ini akan ada lagi.
Shidou pun membulatkan tekadnya. Hatinya berdetak kencang
tapi ia tidak boleh menunjukkan itu di wajahnya. Perlahan, ia mengubah posisi
tubuhnya sembari menatap Nia.
“Eh………….? Ada apa?”
“Diamlah.”
Mendengar perintah Shidou, Nia menutup mulutnya dengan
patuh.
Shidou menaruh tangannya di pundak Nia, sementara tangan
lainnya memegangi dagu Nia.
Setelah itu, dengan perlahan Shidou mendekatkan bibirnya
kepada bibir Nia.
Walaupun itu bukan cara yang tepat untuk melakukannya, tapi
ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan supaya bisa menyegel kekuatan roh nya.
-------------Tetapi,
“…………………Tunggu.”
Bibir Shidou berhenti tepat di dekat bibir Nia.
Nia mengeluarkan suara dingin yang terdengar berbeda dengan
nada penuh antusias yang ia miliki hingga saat ini.
Kemudian, sebuah alarm yang menandakan keadaan mental yang
memburuk mulai berdering *Bii! Bii!*.
“Shidou, level ketertarikannya menurun dengan luar biasa
cepat!”
“…………….Eh?”
Tanpa sadar Shidou berbicara dengan cara biasa, kemudian Nia
mendorong dirinya dari bahu Shidou.
Setelah itu, “-------Haa* Nia menghela napas berat selagi
menarik rambutnya sendiri.
“Hey……………Apa yang telah kau lakukan?”
“Huh? Apa yang……………”
“Tokiya tidak akan pernah menyentuh seorang wanita, kau
tahu! Berpikirlah dengan akal sehat! Tokiya saat ini tengah melakukan
perjalanan tanpa arah dengan tujuan untuk mengejar musuh yang telah membunuh
adik perempuannya yang juga menjadi kekasihnya, Hibari!? Di tengah
perjalanannya yang penuh kesepian, iapun berjumpa dengan Ryougo, Kotetsu dan
yang lainnya. Melalui pertarungan dengan mereka, Tokiya mulai memahami arti
dari persahabatan!”
Nia berteriak seolah ia adalah orang yang berbeda. Shidou
merasa dikuasai oleh Nia dan terdorong ke kursi.
“Pada dasarnya aku tidak keberatan dengan Toki x Ryou! Tapi
Toki x Ko juga berhasil! Jika dengan wanita, itu hanya Ok dengan Hibari jika
itu di dalam dunia mimpi atau berupa ingatan masa lalu! Tidak ada tempat bagiku
untuk masuk ke dalam dunia yang indah itu! Aku tidak apa hanya dengan menjadi
seorang penonton! Aku seorang pengamat penyendiri! Malahan, aku tidak keberatan
menjadi sebuah dinding!”
“O-Oi, tenanglah, Nia……………..”
Shidou mencoba menenangkannya, tetapi Nia melontarkan
tatapan tajam kepadanya.
“Tokiya tidak akan pernah mengatakan itu!”
“Uwaaa……………!”
“--------------Kalau kau ingin aku jatuh cinta padamu, maka
kau harus menjadi 2D dulu!”
Bokong Shidou ditendang oleh Nia, melemparkan ia dari dalam
toko hamburger.
0 comments:
Post a Comment