Bab 03: Baiklah, Kalau Begitu 2D Adalah Apa Yang Kau Butuhkan (Bagian 02)

“Ng~………………”

Nia tengah duduk-duduk di dalam toko hamburger, ia menarik sedotan dari gelas jus kosong ke atas dan ke bawah.

Ia telah selesai memakan hamburger begitu juga dengan kentangnya, dan karena perutnya sudah kenyang, harusnya mereka pergi dari toko itu sekarang juga, tetapi………………20 menit telah berlalu semenjak Shidou pergi ke toilet. Nia sudah merasa sangat lelah menunggunya walau hanya sebentar lagi.

“Ng~, bukannya aku tertarik untuk mengomentari keadaan fisik orang lain, tapi ini agak terlalu lama~. Apa saat ini ia tengah membetulkan makeup atau semacamnya?”

Berkata kepada dirinya sendiri, Nia mengadukkan sedotan di tangannya seperti sebelumya,. -----------Kemudian ia mengingat sesuatu dengan segera.

“Tidak…………….Aku paham. Mungkin saat ini ia sedang berdiskusi dengan ruang kendali?”

 Yah, kalau itu masalahnya, maka Nia tidak bisa protes. Bagaimanapun, Nialah yang telah melemparkan bom berbahaya kepada Shidou dan yang lainnya barusan.

“………………Tidak bagus. Sepertinya aku telah melakukan hal buruk------“

Sejak awal, Nia sudah tahu jika ia tidak akan bisa mencintai manusia sungguhan sama sekali. Melihat itu, Nia merasa bersalah atas kelakuannya kepada Shidou.

Meskipun, apa yang dikatakannya barusan kepada Shidou bukanlah kebohongan.
Sebenarnya, Nai tidak keberatan kehilangan kekuatan roh nya. Jika memungkinkan, ia ingin agar kekuatannya dapat tersegel.

Maka dari itulah, ia merencanakan pertemuan dengan seorang anak lelaki yang dapat menyegel kekuatan roh dengan cara membuat mereka jatuh cinta padanya dan mencium mereka---------Shidou.

Mungkin jika itu Shidou, Nia mengira dirinya akan bisa membuka hatinya kepada Shidou.
Akan tetapi, hasilnya tidak berubah sedikitpun.

Bukan berarti ia tidak menyukai Shidou atau semacamnya. Malahan, ia sungguh berterimakasih pada Shidou karena telah membantunya kabur dari pesawat DEM dengan menembaknya jatuh waktu itu, lagipula kencan hari ini juga menyenangkan.

Tetapi…………….Itu tetap percuma. Nia tidak dapat membuka dirinya pada orang lain.

“Tidak perduli seberapa baik orang itu, selama mereka manusia 3D………….Aku tidak bisa menerima mereka.”

Nia menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Sesuai dugaan, tidak ada cara lain.
Lalu, di sebelah sana, terdapat pertanda seseorang datang dari arah belakang Nia. Nampaknya, Shidou telah kembali dari toilet.

“Aah, kau sudah kembali, bocah. Kalau begitu, ayo pergi—“

Kemudian,
Begitu Nia menoleh, sesaat, tubuhnya langsung membatu.

“Eh…………….?”

Yang berdiri di sana bukanlah orang yang ia kira sebelumnya. Malahan, orang itu mengenakan mantel compang-camping di tubuhnya, dan dahi serta tangannya dibalut oleh perban. Sebagai tambahan, terdapat sebuah pedang menggantung di pinggangnya. Dia adalah pria yang gayanya nampak seperti pengelana yang liar.

Ia memiliki rambut panjang dan terlihat kotor. -----------Tidak salah lagi. Dia adalah…………..”

“T-Tokiya………..?”

Tercengang, Nia mengeluarkan suara dengan nada terkejut.

Itu benar. Seseorang yang tengah berdiri di hadapan Nia adalah cinta pertamanya. Pria itu adaah Tokiya dari [CHRONICLE].

“……………………”

Shidou berdiri di hadapan Nia, seolah mencoba menghilangkan rasa tegangnya. Ia kesulitan untuk membuat ekspresi wajah yang luar biasa tenang.

Walau kenyataannya, hati Shidou berdetak sangat kencang seolah itu akan meledak.

Itu benar. Pakaian Shidou saat ini adalah sesuatu yang tidak akan kau lihat diluar acara semacam Anime Convention. Meskipun mereka tengah berada di Akihabara, hal seperti masih nampak aneh. Semua pengunjung di toko mulai melihat kearah Shidou karena penasaran.

Shidou menoleh ke arah Nia, ia menatap Shidou dengan ekspresi tercengang.

“---------------Jangan menghalangiku, wanita.”

Dengan nada rendah, Shidou mencoba meniru Tokiya dari [CHRONICLE] dengan cara berbicara seperti dia berdasarkan apa yang Shidou ingat mengenai karakter itu.

Setelah itu, Shidou berjalan ke arah Nia lalu duduk di sampingnya.

Bahu Nia bergetar, ia membetulkan posisi kacamatanya dan menatap ke wajah Shidou.

“T-Tokiya……………..? Kenapa………………”

Kemudian, mata Nia terbelalak seolah baru saja menyadari sesuatu.

“………………..Eh, bocah?”

“Apa yang kau bicarakan? Kau sama sekali tidak punya hak untuk memanggilku bocah.”

“………………..!”

Shidou melontarkan tatapan dingin kepada Nia sembari berkata demikian, Nia agak terkejut. Pipinya merona merah.

Beberapa saat kemudian, sebuah suara bordering dari income di telinga Shidou.

“I-Ini…………….!”

“Ada apa?”

“Apa!? Nilai kepuasan Nia-chan meningkat!”

“Level ketertarikannya meningkat, meskipun hanya sedikit!”

“………………….”

Entah mengapa, rencananya berjalan dengan lancar. Shidou merasa lega tanpa menunjukkan itu di wajahnya.

“Hoo~………………..Hee~……………….”

Niapun menatap Shidou dengan seksama dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Iapun mengangguk dan membuat pose seolah ia adalah seorang kritikus seni yang tengah menatap ke arah sebuah lukisan.

“Menakjubkan…………….Bukankah kualitasnya sangat bagus? Itu sungguh berbeda dengan kostum kualitas rendah. Hingga saat ini, aku telah melihat beragam kostum Tokiya, tapi aku belum pernah melihat seseorang yang mengenakan kualitas yang sebagus ini.”

Kemudian, Nia menarik lengan mantel tersebut dan memerah karena kegirangan………..Sejujurnya, Shidou tidak yakin apakah Nia sebetulnya merasa tertarik kepada dirinya atau hanya mengagumi kostumnya saja.

Walau, karena level ketertarikannya telah meningkat, Shidou harus melanjutkan rencananya. Shidou membuang mukanya dan menepis tangan Nia dari mantelnya.

“Kau menyebalkan, wanita.”

“Haa………………”

Shidou mengatakannya dengan kasar, Nia membungkuk sementara wajahnya makin memerah.

“Level ketertarikannya meningkat lagi…………….!”

“Dengan level seperti ini…………Dia bisa melakukannya!”

Dari intercom, Shidou dapat mendengar teriakan keras dari suara para anggota kru.
Shidou mencoba sebaik mungkin untuk berbicara semirip mungkin dengan Tokiya…………..Entah bagaimana, hal itu berhasil menyentuh hati Nia. Untuk beberapa alasan, Nia tidak bisa tenang. Nia mulai membetulkan rambutnya yang berantakan.

Saat itu juga, dari intercom Shidou, suara alarm berdering.

“Shidou, sudah saatnya! Level ketertarikannya telah mencapai zona aman untuk melakukan penyegelan! Jangan sampai kehilangan kesempatan ini!”

“…………………..!”

Tubuh Shidou membeku begitu mendengar perkataan Kotori.

Jangan kehilangan kesempatan----------Ini artinya, sekarang adalah saat yang tepat untuk menciumnya.
Meskipun saat ini mereka tengah berada di tempat umum…………..Jika Shidou kehilangan kesempatan bagus ini, ia tidak tahu kapan kesempatan seperti ini akan ada lagi.

Shidou pun membulatkan tekadnya. Hatinya berdetak kencang tapi ia tidak boleh menunjukkan itu di wajahnya. Perlahan, ia mengubah posisi tubuhnya sembari menatap Nia.

“Eh………….? Ada apa?”

“Diamlah.”

Mendengar perintah Shidou, Nia menutup mulutnya dengan patuh.
Shidou menaruh tangannya di pundak Nia, sementara tangan lainnya memegangi dagu Nia.
Setelah itu, dengan perlahan Shidou mendekatkan bibirnya kepada bibir Nia.
Walaupun itu bukan cara yang tepat untuk melakukannya, tapi ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan supaya bisa menyegel kekuatan roh nya.
-------------Tetapi,

“…………………Tunggu.”

Bibir Shidou berhenti tepat di dekat bibir Nia.
Nia mengeluarkan suara dingin yang terdengar berbeda dengan nada penuh antusias yang ia miliki hingga saat ini.

Kemudian, sebuah alarm yang menandakan keadaan mental yang memburuk mulai berdering *Bii! Bii!*.

“Shidou, level ketertarikannya menurun dengan luar biasa cepat!”

“…………….Eh?”

Tanpa sadar Shidou berbicara dengan cara biasa, kemudian Nia mendorong dirinya dari bahu Shidou.
Setelah itu, “-------Haa* Nia menghela napas berat selagi menarik rambutnya sendiri.

“Hey……………Apa yang telah kau lakukan?”

“Huh? Apa yang……………”

“Tokiya tidak akan pernah menyentuh seorang wanita, kau tahu! Berpikirlah dengan akal sehat! Tokiya saat ini tengah melakukan perjalanan tanpa arah dengan tujuan untuk mengejar musuh yang telah membunuh adik perempuannya yang juga menjadi kekasihnya, Hibari!? Di tengah perjalanannya yang penuh kesepian, iapun berjumpa dengan Ryougo, Kotetsu dan yang lainnya. Melalui pertarungan dengan mereka, Tokiya mulai memahami arti dari persahabatan!”

Nia berteriak seolah ia adalah orang yang berbeda. Shidou merasa dikuasai oleh Nia dan terdorong ke kursi.

“Pada dasarnya aku tidak keberatan dengan Toki x Ryou! Tapi Toki x Ko juga berhasil! Jika dengan wanita, itu hanya Ok dengan Hibari jika itu di dalam dunia mimpi atau berupa ingatan masa lalu! Tidak ada tempat bagiku untuk masuk ke dalam dunia yang indah itu! Aku tidak apa hanya dengan menjadi seorang penonton! Aku seorang pengamat penyendiri! Malahan, aku tidak keberatan menjadi sebuah dinding!”

“O-Oi, tenanglah, Nia……………..”

Shidou mencoba menenangkannya, tetapi Nia melontarkan tatapan tajam kepadanya.

“Tokiya tidak akan pernah mengatakan itu!”

“Uwaaa……………!”

“--------------Kalau kau ingin aku jatuh cinta padamu, maka kau harus menjadi 2D dulu!”

Bokong Shidou ditendang oleh Nia, melemparkan ia dari dalam toko hamburger.

0 comments:

Post a Comment