Bab 01: Jangan Panik, Itu Jebakan Roh (Bagian 03)

Setelah Shidou mengatakan itu, ia kembali ke kamar Nia untuk mengantarkan Zousui.
“Ini, aku sudah selesai. Supnya masih panas, jadi hati-hati.”
“Waaah! Selamat makan~!”
Shidou menaruh mangkuk yang dipenuhi oleh Zousui di atas meja dekat kasur, lalu Nia menepukkan tangannya. Dan dengan tenaga yang masih lemah iapun mangambil Zousui tersebut.
“Woaaaaah!”
Teantu saja, makanan itu masih panas. Tubuh Nia gemetaran sedikit.
“Aku ‘kan sudah bilang………..”
“Fuuh~, Fuuh~”
Belajar dari kesalahan sebelumnya, sekarang Nia meniup dahulu sendoknya sebelum memasukkan makanan itu kedalam mulutnya.
Setelah itu, iapun merasakan Zousui itu sembari mengunyahnya didalam mulutnya, kemudian iapun berkata,
“Aaaaah~……..”
Nia mengeluarkan suara yang mirip dengan suara seorang pria tua yang sedang berada di pemandian air panas. Air mata mulai menetes dari pelupuk matanya karena terhanyut oleh sensasi makanan itu. Ia terus menggerakkan sendoknya.
“Sungguh lezat………Apa yang baru saja kau biarkan aku makan……….Apa…….”
Sembari berkata demikian, ia terus memakan Zousui yang tersisa. Setelah lima menit berlalu, mangkuk Zousui itupun telah kosong.
“Fuh~ Terimakasih untuk makananya. Tidak~, tadi itu sungguh lezat. Sudah seminggu yang lalu semenjak aku memakan makanan yang masih hangat.”
“Seminggu……….”
Shidou tersenyum kecut dan lalu membersihkan meja tempat Nia makan tadi. Iapun menoleh saat ia hampir membuka pintu untuk kembali ke dapur.
“Yaah, aku akan mencucikan piring kotornya, setelah itu aku akan pulang ke rumah. Mulai dari saat ini, tolong makan dengan benar sebelum kau jatuh pingsan lagi.”
“Ah~, tunggu sebentar.”
Lalu, selagi Shidou hampir meninggalkan kamar itu, Nia memanggilnya.
“Apa itu masih belum cukup? Maaf, tapi semua bahan masakan itu harusnya untuk makan malam di rumahku. Kalau kau masih mau lebih, pesan delivery saja.”
“Ah~ Bukan itu! Bukan begitu maksudku.”
Lalu Niapun melambaikan tangannya, ia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah skrip gambar yang belum selesai yang berada di atas meja.
“Seperti kataku sebelumnya, aku tidak mempekerjakan asisten. Tidak apa jika itu hanya tugas yang sederhana, bisakah kau membantuku? Tolonglah! Aku akan membayarmu lebih untuk itu.”
“……………..Eh?”
Karena dimintai tolong sesuatu yang tak terduga, mata Shidou terbelalak.
Tapi ia harus segera menolak permintaan mustahil Nia tepat setelah ia selesai memasak untuk Nia.
“T-Tidak-tidak-tidak. Apa yang kau katakan? Itu sungguh mustahil.”
“Eh~, bukannya itu tak apa~. Apa kau punya urusan lain?”
“Tidak, bukan itu maksudku………Aku belum pernah menyentuh skrip seorang professional sebelumnya, aku tidak bisa mempertanggungjawabkan apapun kalau aku membuat suatu kesalahan.”
“Tidak apa~, tidak apa~. Aku cuma memintamu untuk melakukan penghapusan saja. Kau cuma harus mengeluarkan sedikit tenaga untuk melakukan itu.”
“Meskipun kau berkata begitu………”
“Tolonglah, tolonglah. tolonglah! Saat ini tanganku sudah dipenuhi oleh pekerjaan-pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan~. Kalau begini terus, aku tidak akan bisa menyelesaikan skrip nya tepat waktu………”
Nia terus memohon, Shidou menghela napas panjang.
“………Haa. Baiklah, tapi cuma tugas sederhana saja, ya?”
Setalh Shidou menyerah adu argument dengannya, Nia membuat senyuman lebar.
“Baiklah~, baiklah~. Kalau begitu, ayo pergi ke ruang kerja. Sesuai dugaan, kamar ini terlalu sempit untuk dipakai oleh kita berdua~.”
Selagi berkata begitu, Nia bangun dari kasur dan berkata “Nggggh………”
Ia meregangkan tubuhnya. Setelah bertingkah malas-malasan barusan, gadis itu telah mendapatkan kembali tenagannya dengan sangat luar biasa cepat.
“Ruang kerja………Apa kau punya tempat lain selain disini?”
“Ya. Aku mempersiapkan semuanya seperti ini, jadi ketika aku merasa kalau aku hampir mati karena kelelahan bekerja, aku bisa segera pingsan kapanpun juga, tapi aku juga punya ruang kerja lain untuk digunakan~”
“Meskipun kau mengatakannya seolah itu adalah hal yang normal, itu tetap saja aneh.”
Mata Shidou setengah tertutup saat ia mengatakan itu, Nia nampak tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Setelah itu, Shidou mengikuti Nia ke ruang kerja yang lain.
“Ayo, masuk, masuk.”
“Wah……….”
Nia meminta Shidou untuk masuk ke ruang kerja itu, pemandangannya membuat Shidou takjub.
Di dalam ruangan itu, entah mengapa suasananya terasa sangat tenang. Pemandangan dari ruangan ini sungguh nampak seperti layaknya tempat kerja seorang seniman.
“Di sana, kau bisa menggunakan meja itu.”
“Eh, bolehkah? Entah mengapa suasananya membuatku merasa seolah meja itu adalah tempat suci milik seorang seniman………”
“Tak apa, tak apa. Ah, atau mungkin kau lebih menyukai meja di kamarku yang tadi? Apa kau ingin mencium bauku selagi bekerja?”
“Ah, tempat ini bagus juga.”
Shidou langsung menolak, gadis itu nampak merasa tidak puas dan menggembungkan pipinya.
“Jadi, bagian mana yang harus kuhapus?”
“Aah, kalau begitu tolong bagian yang ini.”
Setelah Shidou bertanya, Nia memakai kaca matanya dan mulai menandai beberapa bagian di atas kertas. Ia menunjuk beberapa lembar skrip yang sudah selesai ditintai.
“Setelah kau selesai menghapus draft nya, tolong warnai bagian yang kosong dengan tinta hitam.”
“…………….Ng?”
Nia mengatakan itu dengan tenang, Shidou memiringkan kepalanya.
“T-Tunggu sebentar! Bukannya kau cuma ingin aku melakukan Gomu-kake!? Meskipun itu adalah Beta-nuri, tidak seharusnya kau membiarkan seorang amatiran melakukannya!”
“Tenang saja~, tenang saja~. Karena kau lumayan berbakat, kau pasti bisa melakukannya. Lagipula, selama kau mewarnai semua itu dengan tinta hitam, kau boleh menggunakan perlengkapan menggambar manapun sesukamu. Triknya adalah menggunakan pena berujung lancip untuk bagian yang kecil terlebih dahulu, lalu mewarnai bagian yang besar dengan sesuatu yang lebih cepat.”
“Tidak, tunggu, apa kau mendengarkan waktu orang lain sedang berbicara……….…….?”
“Aku mendengarkan~. Tapi seperti kataku tadi, itu bukan masalah. Bocah, kau sudah pernah menggunakan perlengkapan menggambar sebelumnya, ‘kan?”
“Hah……………? A-Apa, mendadak saja………….”
Mendengar kata-kata itu, wajah Shidou mendadak menjadi pucat.
Lalu, Nia mengangkat ujung bibirnya dan kembali berkata,
“Kau tahu, bocah? Untuk mereka yang tidak tahu apapun soal komik, mereka tidak akan menyebut menghapus sebagai [Gomu-kake], atau hitam sebagai [Beta].”
“…………..Cih!”
Berbisik, Shidou terkejut.
“I-Itu………….”
“Mungkin begitu, ya? Ketika kau masih SMP, kau menggambar sebuah ilustrasi menggunakan karakter buatanmu sendiri. Tidak~, aku tahu, aku tahu. Awalnya, kau menggambar itu menggunakan pensil di buku tulismu. Lalu, suatu hari kau memutuskan untuk pergi ke toko peralatan alat tulis untuk membeli sebuah pena untuk komik beserta dengan tintanya, tapi kemudian kau menemukan jika semua itu sulit digunakan.”
“!? T-tidak, aku……….”
“Lalu, kau sempat terpikir ingin menggunakan screen tone juga, tapi ‘Mustahil, bagaimana mungkin harga per lembarnya begitu mahal, padahal itu hanya untuk sekali pakai!’ Lalu kaupun menyerah setelah mengatakan itu.”
“G-Guu………”
“Setelah itu, kau mengetahui kalau kau bisa menggunakan computer untuk menggambar. Dengan begitu aku bisa menggambar sebanyak yang aku mau! Begitulah pikirmu, tapi kemudian kau menjadi sangat terkejut setelah mengetahui harga untuk pen tablet dan software nya, iya kan?”
“A-Aaaaaaaaaah…………….!”
Tubuh Shidou mulai gemetaran selagi ia menggaruk kepalanya.
“Dan lalu…………..”
“OK, aku mengerti! Akan kulakukan, tidak usah mengatakan lebih dari itu. Kumohon.”
“Kalau begitu, kuserahkan padamu ya bocah! Dan aku akan bekerja di sebelah sana.”
Shidou mengatakan itu dengan nada tidak puas, Nia mulai tertawa begitu melihatnya dan mengacungkan jempolnya kepada Shidou selagi ia kembali ke kamarnya.
“Oh, ya ampun………”
Shidou menghela napas.
Tapi itu tidak terelakkan. Lalu, Shidou duduk di atas kursi, ia menggenggam penghapus di tangannya dan mulai menghapus bagian pensil nya dengan berhati-hati.
Setelah itu, ia mengambil Fude-pen di tangannya dan mulai mengerjakan Beta-nuri seperti yang Nia instruksikan.
Shidou mulai mewarnai bagian yang ditandai X menggunakan Fude-pen, dengan jalur arah dari bagian dalam ke bagian luar. Setelah itu, ia mulai mewarnai seluruh bagian permukaannya.
Meskipun ia hanya mengulangi pekerjaan yang sama, tetapi bentuk dan ukuran yang harus diwarnai berbeda-beda.
Terbebani oleh tekanan bahwa ia tidak boleh merusak skrip seorang professional telah membuat Shidou merasa sangat tegang. Ketika ia mengerjakan pekerjaannya, ia berusaha untuk menyelesaikannya secepat mungkin.
Setelah beberapa waktu berlalu, Shidou membawa skrip yang telah selesai diwarnai, lalu pergi menuju tempat Nia berada.
“Oh, jadi kau sudah selesai, ya? Hee~, bukankah kau ini lumayan berbakat?”
“……………..Aah, entah bagaimana aku berhasil melakukannya. Ya ampun, sudah lama sekali semenjak terakhir kalinya aku mengerjakan sesuatu yang rumit seperti ini.”
Menghela napas, Shidou terus menggerakkan tubuhnya secara perlahan sembari memutar bahunya.
Lalu, ketika ia menengok ke sebelah sana, wajah Shidou memucat sementara tubuhnya gemetar.
“Apa…………..!?”
Tidak salah lagi. Di sebelah sana, Nia telah mengganti baju kamarnya yang telah ia kenakan sedari tadi. Ia berganti pakaian dengan kostum Maid yang nampak lumayan seksi. Roknya sangat pendek, dan bagian dadanya nampak lumayan terbuka. Melihat penampilan yang sangat sensasional, Shidou menelan ludahnya.
“A-Apa yang sedang kau kenakan……….”
“Eh? Aah, pakaian ini kubeli sebagai referensi untuk pekerjaanku, telah kuputuskan untuk memberikanmu sedikit servis atas bantuanmu. Lihat, bukankah ekstra pembayarannya terlihat begitu menggoda? Bagaimana? Meskipun dadaku itu datar, tetapi gayaku tidaklah buruk, bukan?”
“Aku tidak menyangka kalau ini yang kau maksud sebagai bayaran ekstra?”
Menaruh tangannya di atas pinggangnya, Nia berkata. Setelah itu, Nia melambaikan sebuah amplop di tangannya.
“Cuma bercanda. Ini cuma untuk fan service. Ini upahmu.”
Lalu, Nia memberikan amplop itu kepada Shidou, tetapi sesuatu muncul di benak Nia.
Setelah itu, senyuman jahil muncul di wajah Nia, ia menarik bagian dada dari pakaian Maid nya, lalu menaruh amplop itu ditengah-tengah dadanya.
“Jaid, bocah. Ini upahmu.”
“Tu………….Apa yang kau lakukan!?”
“Tak apa~, tak apa~, lihat-lihat, ambillah!”
Setelah mengatakan itu, Nia merapatkan bahunya untuk memperbesar ukuran dadanya.
Lalu *Slip*, amplopnya terselip dan jatuh melewati roknya.
“……………….”
“Ah…………..”
Shidou berbicara dengan suara kecil, Nia sangat terkejut hingga ia terjatuh di atas tempat ia tengah berdiri.
“Kuh………..Apakah memiliki dada kecil memanglah suatu kejahatan……………!?”
“……………….Err, aku harus pulang ke rumah sekarang.”
Shidou pamit pulang sembari berkeringat dingin, ia mulai mempersiapkan barang-barangnya sebelum pulang. Entah mengapa, kalau ia membiarkan ini terus berlanjut, maka ia tidak akan pernah bisa pulang ke rumahnya lagi.
“Eh? Bagaimana dengan upahmu?”
“Tidak apa, aku tidak membutuhkannya. Lagipula aku juga jadi mendapatkan pengalaman yang berharga.”
“Eeh~, Kau tidak boleh begitu~. Lihat, belilah lebih banyak makanan lezat dengan uang ini.”
“Justru seharusnya Nialah yang membeli makanan untuk dimakan, terlepas dari makanan itu enak ataupun tidak”
Shidou mengatakan itu dengan mata setengah tertutup. Nia nampak terkejut mendengarnya.
“Uwah, aku tidak menduga yang satu ini.”
“Aku tidak bermaksud apapun………Sampai jumpa. Lain kali, jangan pingsan di tengah jalan lagi.”
Lalu, Shidou melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan kamar itu. Nia yang tidak tahu harus berbuat apa mulai menarik baju Shidou.
“Tu-Tu-Tu-Tunggu sebentar. Aku merasa itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan begini saja.”
“Meskipun kau bilang begitu……….”
Shidou nampak kebingungan. Lalu Nia menepukkan tangannya.
“Ah, bagaimana kalau begini. Bocah, apa kau senggang Sabtu ini?”
“Ng………..? Kenapa mendadak.”
“Aku akan memiliki satu hari penuh liburan setelah menyelesaikan skrip ini. Ayo kita berkencan. Aah, tentu saja akulah yang akan membayar semuanya.”
“EH………….?”
Setelah mendengar kata-kata yang tak terduga, mata Shidou terbelalak. Siapa yang menyangka, ia tidak pernah menyangka jika ia akan mendapatkan tawaran seperti itu.
“Ah, tapi sebagai gantinya, biarkan aku yang memutuskan lokasinya. Karena aku tidak mendapatkan kesempatan untuk pergi berbelanja akhir-akhir ini, aku ingin pergi ke Akiba~”
Dengan nada riang, Nia tersenyum. Shidou menghela napas dan menggaruk kepalanya.
“……………Itu, apa kau mengatakan kalau kau ingin aku membawakan semua belanjaanmu?”
“Giku!?”
Nia menunjukkan ekspresi terkejut yang berlebih dan terdiam untuk sesaat. Ini pertamakalinya Shidou mendengar kata “Giku” keluar dari mulut seseorang.
“Haa…………Maaf, tapi bisakah kau ajak orang lain saja? Bagaimana kalau mengajak temanmu saja?”
Setelah mengatakan itu, wajah Nia langsung menjadi muram.
Tapi ia segera kembali kepada dirinya yang ceria dan menggelengkan kepalanya.
“Tidak………….Haha. Itu karena aku tidak punya teman sama sekali~”
Setelah mengatakan semua itu, Nia mengernyitkan alisnya.
“—Tapi apa benar kau tidak masalah dengan itu?”
“Eh?”
Untuk beberapa alasan, terdapat maksud tersembunyi dibalik kata-kata tersebut, Shidou mengernyitkan alisnya. Lalu, Nia mengangkat ujung dari bibirnya dan kembali berkata.
“—Bukankah itu sudah menjadi tugasmu untuk membuat roh jatuh cinta padamu, bocah? Bukan………Itsuka Shidou-kun?”
“Hah?”
Untuk sesaat, Shidou tidak dapat mengerti apa yang Nia katakan, lalu Shidou mengeluarkan suara yang menggelikan.

0 comments:

Post a Comment